Chicago (ANTARA News) - CEO United Airlines Oscar Munoz pada Senin (10/4) meminta maaf karena harus "mengakomodasi kembali" penumpang dari satu pesawat yang kelebihan penumpang setelah rekaman video memperlihatkan seorang lelaki Asia diseret dari kursinya di satu pesawat United.

Peristiwa tersebut memicu kecaman luas di media sosial.

"Ini adalah peristiwa yang mengecewakan buat kami semua di sini di United," kata Pejabat Eksekutif Tertinggi itu di dalam satu pernyataan, sebagaimana dilaporkan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa malam. Ia menambahkan United Airlines "mengontak penumpang ini" dan "melakukan penanganan lebih lanjut serta menyelesaikan masalah ini".

Sebelumnya, rekaman video di media sosial memperlihatkan seorang pria Asia diseret secara paksa dari kursinya di satu pesawat oleh tiga petugas keamanan, sehingga lelaki tersebut berteriak kesakitan. Para petugas itu kemudian menyeret pria tersebut di sepanjang lorong pesawat, sementara kacamata lelaki itu miring dan bagian bawah bajunya tertarik ke atas perutnya. Gambar lain yang diambil di pesawat yang sama memperlihatkan mulut pria tersebut berdarah.

Menurut Chicago Tribune, peristiwa itu terjadi di pesawat United Airlines di Bandar Udara Internasional OHare di Chicago pada Ahad malam (9/4). Pesawat United Airlines tersebut kelebihan penumpang dan meminta empat relawan untuk menyerahkan kursi mereka kepada pegawai United Airliner, setelah semua orang naik pesawat.

Ketika tak seorang pun menjawab, United Airlines mengumumkan mereka akan mengundi relawan secara acak melalui komputer. Seorang penumpang terpilih, tapi ia menolak untuk pergi. Pegawai United Airlines menghubungi petugas keamanan, yang kemudian menyeret penumpang itu dari kursi dan ke luar pesawat.

Rekaman video oleh beberapa penumpang lain di dalam pesawat yang sama menarik lebih dari satu juta "kunjungan" di media sosial, dan banyak yang mengecam cara United Airlines menangani kondisi tersebut.

(Baca juga: Penumpang United Airlines diseret turun dari pesawat terbang)

Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2017