Istanbul (ANTARA News) - Akbarzhon Jalilov, pria yang dicurigai kepolisian Rusia sebagai pengebom gerbong kereta bawah tanah di Saint Petersburg, masuk ke Turki akhir 2015 dan telah dideportasi ke Rusia setahun kemudian karena pelanggaran migrasi.

Keterangan itu diungkapkan seorang pejabat tinggi Turki kepada Reuters, Rabu.

Serangan 3 April di stasiun Saint Petersburg menewaskan 14 orang, termasuk si pengebom, dan melukai puluhan lainnya.

Insiden itu muncul pada saat Presiden Rusia Vladimir Putin sedang melakukan kunjungan di Saint Petersburg.

Pejabat Turki, yang tidak mau disebutkan namanya, mengatakan bahwa selama di Turki Jalilov "dianggap mencurigakan karena sejumlah kaitan yang dimilikinya. Tapi, tidak ada tindakan yang dikenakan terhadapnya karena ia tidak melakukan perbuatan ilegal dan tidak ada bukti bahwa ia melakukan kesalahan."

"Namun masalah itu tidak dibiarkan dan orang ini sudah dikeluarkan dari Turki pada Desember 2016 karena melanggar visa dan izin tinggal. Pada akhirnya, (orang yang bersangkutan) didenda dan dideportasi serta dilarang masuk (ke Turki, red)," kata pejabat itu.

Setelah meninggalkan Turki, perjalanan Jalilov menuju Rusia menjadi mudah, "tampaknya (Jalilov) tidak menemui masalah apa pun," ujar pejabat tersebut.

Pernyataan sang pejabat Turki menguatkan kabar yang diterima Reuters menyangkut dua kenalan Jalilov. Mereka mengatakan bahwa Jalilov telah menunjukkan ketertarikan terhadap Islam dan meninggalkan Rusia menuju Turki pada akhir 2015. Setelah itu, kedua kenalan kehilangan kontak dengan Jalilov.

Jalilov adalah warga negara Rusia yang lahir di negara bekas anggota Soviet yang berpenduduk mayoritas Muslim, Kirgizstan.

Pria tersebut tidak pernah menunjukkan tanda-tanda radikalisme, kata kedua kenalannya, dan tidak ada bukti bahwa ia merupakan anggota kelompok militan Islamis apa pun.

Keterangan itu membuat badan-badan keamanan Rusia semakin sulit untuk mengetahui bagaimana ia melancarkan serangan di gerbong kereta dan apakah ia memiliki kaitan dengan kelompok-kelompok yang sedang merencanakan serangan pada masa depan.

Sebelum pergi ke Turki, Jalilov tinggal di Saint Petersburg dan bekerja di kota itu di sebuah bengkel mobil dan sebagai tukang masak di restoran.

Tak lama setelah ia dideportasi dari Turki, ia pergi ke kota asalnya, Osh, di Kirgizstan, kata beberapa pejabat setempat kepada Reuters.

Dari Osh, Jalilov kembali ke Saint Petersburg dan tinggal di apartemen baru pada awal Maret tahun ini.

Kejaksaan mengatakan gambar kamera pengawas keamanan menunjukkan Jalilov sedang keluar dari apartemen dengan membawa sebuah ransel dan satu tas lainnya pada hari serangan di stasiun terjadi.

(Uu.T008)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017