Jakarta (ANTARA News) - Membuat startup, kata Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, tidak perlu terlalu merasa terbebani dengan memikirkan modal, tempat dan keterampilan.

"Kalau startup, selama mau, pasti ada jalan," kata Risma saat menjadi pembicara pada acara "Bangun Kreatif Ide Jadi Startup" di Universitas Atma Jaya, Jumat petang kemarin.

Di kotanya, Risma membina ibu rumah tangga dari kalangan prasejahtera dan juga anak-anak muda untuk membuat bisnis sendiri.

Ia yakin, keterampilan yang diperlukan dalam mendirikan startup bisa diasah sementara tempat berbisnis dapat dilakukan di mana saja berkat kemudahan berjualan pada platform dalam jaringan.


Baca juga: (Ini syarat agar ekosistem startup di Indonesia lebih maju)



Pimpinan KIBAR Yansen Kamto, orang dibalik Gerakan Nasional 1000 Startup Digital, berpendapat tidak kecewa bila gagal ketika memulai startup.

"Gagal, tapi coba lagi. Gagal yang bisa mendapat pelajaran," kata Yansen pada acara yang sama.

Mendirikan startup, orang harus menentukan produk yang akan ditawarkan dan juga spesialisasi perusahaan mereka.


Baca juga: (Ingin memulai startup? Belajar dari kesalahan para CEO ini)



Tetapi, menurut Yansen, startup tidak melulu soal mendirikan perusahaan dan membuat produk, karena yang paling penting adalah membuat kategori baru.

Ia mencontohkan Go-Jek, perusahaan layanan berbasis transportasi yang sebelumnya belum ada.

"Buat kategori perusahaan baru sehingga tidak ada kompetisi. Lalu, butuh ekosistem," kata dia.

Perlu diingat, dalam mendirikan startup, sebaiknya tidak melulu memikirkan materi yang didapat, namun apa yang dibutuhkan publik.

Iklim sekarang ini, menurut dia, mendukung untuk mendirikan startup karena semua orang mendapatkan kesempatan yang sama di berbagai bidang.




Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2017