Jakarta (ANTARA News) - Final Liga Bola Basket Indonesia (IBL) Pertalite 2017 yang digelar mulai Kamis (4/5), berawal di GOR C-Tra Arena, Bandung, Jawa Barat, diprediksi bakal berlangsung ketat sejak peluit dibunyikan wasit.

Pasalnya, babak pamungkas itu mempertemukan dua tim legendaris Indonesia, Satria Muda (SM) Pertamina dan Pelita Jaya (PJ) Energi Mega Persada Jakarta. Tidak main-main, mereka melaju ke final dengan status juara di masing-masing divisi, SM di Divisi Merah dan PJ di Divisi Putih.

Predikat terbaik di divisi itu membuat SM dan PJ berhak langsung menembus babak semifinal, yakni SM menyingkirkan juara IBL 2016 CLS Knights Surabaya, sementara PJ memupuskan harapan W88.News Aspac.


(ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)

Satria Muda sendiri tercatat sebagai tim yang paling konsisten selama IBL 2017 bergulir. Konsistensi mereka bahkan sudah terlihat sebelum liga dimulai, ketika mereka menjuarai Piala Perbasi 2016, turnamen pra-musim yang diikuti oleh klub-klub IBL saat itu.

Saat itu, walau baru mengganti posisi pelatih Cokorda Raka Satrya Wibawa kepada Youbel Sondakh, Satria Muda menjadi tim terbaik dengan rekor tak pernah kalah dalam turnamen.

Pada Piala Perbasi 2016 itu pulalah SM memperkenalkan para pemain lokal baru yang diorbitkan untuk IBL, yaitu Muhammad Dhiya'ul Haq dan Muhammad Rizal Falconi (keduanya didatangkan dari Garuda Bandung), Laurentius Oei yang direkrut dari Univesitas Pelita Harapan dan "rookie" Juan Laurent Kokodiputra.

Sudah bermain pada banyak pertandingan sebelum liga membuat para pemain lokal Satria Muda bisa langsung menyesuaikan diri dengan taktik Youbel. Pensiunnya center Rony Gunawan pasca-Piala Perbasi 2016 dan kedatangan dua pebola basket asing hasil "drafting" saat awal musim IBL, center Carlos Smith serta guard Tyreek Jewell, pun terlihat tak menjadi masalah berarti dalam menjalankan strategi.

Di bawah komando kapten Arki Dikania Wisnu, SM berhasil melaju kencang begitu IBL 2017 dimulai. Bergabung dalam Divisi Merah bersama tim-tim kuat seperti CLS Knight Surabaya dan Bank BJB Garuda Bandung, SM berhasil memuncaki klasemen dengan hanya sekali kalah. Total, sampai babak final, SM hanya menelan dua kali kekalahan. Satu lagi dihasilkan pada semifinal ketika berhadapan dengan CLS.

Target juara IBL 2017 yang diusung sejak awal musim semakin mungkin diraih karena SM sudah berada di final. Namun, Christian Ronaldo Sitepu dan kawan-kawan tak boleh lengah karena lawan mereka adalah Pelita Jaya. PJ adalah tim kuat meski sempat limbung saat persiapan menuju IBL.


Bangkitnya Pelita Jaya


(ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)

Bisa dikatakan, Pelita Jaya EMP Jakarta datang ke IBL 2017 dengan keadaan "terpincang-pincang". Ketika mengikuti Piala Perbasi 2016, mereka berhasil melaju sampai semifinal. Mereka tak lagi diperkuat Dimas Aryo Dewanto, Andy Chandra serta Andy "Batam" Poedjakusuma yang pensiun dan Brandon Jawato yang ketika itu cedera, tetapi dalam prosesnya tidak dimasukkan tim yang berlaga pada IBL 2017.

Meski mendapatkan tanda tangan bintang Satya Wacana Salatiga yang pada musim 2016 mencetak rekor 48 angka dalam satu laga, Respati Ragil Pamungkas, Pelita Jaya kembali mendapat "hantaman" hebat.

Setelah berpeluh-peluh membela PJ sejak tahun 2010 sampai Perbasi Cup 2016, point guard senior Kelly Purwanto memutuskan untuk hengkang ke Hangtuah Sumsel setelah kontraknya habis.

Pelatih PJ Johannis "Ahang" Winar pun cukup pusing menentukan sosok pengganti Kelly untuk sektor point guard. Pemain impor Winston Grays dianggap tak cukup mumpuni di posisi tersebut. Ini yang membuat beberapa kali Ahang menginstruksikan Ragil, yang posisi aslinya shooting guard, berperan menjadi pengatur permainan.

Keadaan lalu diperburuk dengan cederanya big man lokal, Adhi Pratama Prasetyo Putra sejak Seri I. Adhi menderita cedera lutut yang membuatnya absen kurang lebih tiga bulan.

Hasilnya, Pelita Jaya menelan empat kali kekalahan sampai Seri IV, yang salah satunya terjadi secara mengejutkan yaitu ketika mereka takluk dari NSH Jakarta.

Pihak klub pun memutar otak demi memperbaiki keadaan. Pelita Jaya kemudian memutuskan untuk memanggil Fictor Roring, mantan pemain bintangnya, dan menempatkan dia sebagai penasihat teknik. Kemudian, mereka mendepak Winston Grays dan mendatangkan point guard impor baru, Martavious Irving.

Keputusan tersebut tidak sia-sia. Sejak takluk dari NSH Jakarta, Pelita Jaya tidak pernah lagi kalah sehingga mereka berhasil menjadi juara Divisi Putih, yang juga dihuni tim kuat seperti W88.News Aspac Jakarta, dan berhak langsung ke "final four".

Di semifinal melawan Aspac, mereka berjaya atas tim asuhan AF Rinaldo dalam dua pertandingan langsung. Kembalinya Adhi dan selesainya masa hukuman Kore White, yang sempat diberi sanksi tak boleh bertanding dalam dua laga karena terlibat keributan dengan pemain Hangtuah Sumsel di seri terakhir, sangat berpengaruh dalam membawa tim itu ke final.

Kekuatan penuh Pelita Jaya ini tentu saja merupakan sinyal bahaya untuk SM.


Sama-sama siap "perang"

"Kami memang belum sempat bertemu PJ dalam format seperti saat ini. Jadi saya yakin pertandingan final pada Kamis nanti akan menarik," kata pelatih Satria Muda, Youbel Sondakh, menyinggung kehadiran Roring, Irving dan kembalinya Adhi ke dalam tim PJ.

SM memang sudah bertemu dengan Pelita Jaya di IBL 2017, tepatnya pada Seri II. Di tengah momen penghargaan untuk center SM Rony Gunawan yang pensiun-di mana nomor punggungnya turut dipensiunkan, SM saat itu menaklukkan PJ dengan skor telak 88-61.

Namun, Youbel menegaskan timnya sudah siap menjalani perang dengan Pelita Jaya. Satria Muda akan berusaha memperketat dan lebih mendisiplinkan pertahanan agar Kore White dan Irving tidak bisa bergerak bebas.

Menurut Youbel, big man dan point guard PJ itu tampil dominan kala bertanding di babak semifinal Divisi Putih pada akhir April 2017.

Demi memperlancar strategi itu, dia juga berharap kaptennya Arki, yang cedera dalam laga kedua semifinal, bisa kembali ke tim.

"Kami akan mencoba menghentikan mereka dengan pertahanan yang baik," ujar dia.

Misi memenangkan "perang" juga dicanangkan oleh Pelita Jaya. Demi meredam kekuatan SM yang tampak merata di semua lini, pelatih Johannis "Ahang" Winar menginstruksikan anak-anak asuhnya untuk bermain kompak.

PJ berusaha "mematikan" transisi permainan SM, bertahan ke menyerang dan sebaliknya, yang dianggap Ahang cepat.

"Kami fokus bermain dengan kekuatan tim dan harus meredam transisi bertahan ke menyerang dan serangan cepat SM," tutur dia.

Seperti diinformasikan sebelumnya, laga pertama final IBL 2017 diadakan Kamis (4/5) di GOR C-Tra Arena, Bandung, yang dipilih sebagai kandang Pelita Jaya. Kemudian, pertandingan kedua dilaksanakan Sabtu (6/5) di kandang SM, Britama Arena, Jakarta. Jika pada dua partai tersebut kedudukan kedua tim seri, final dilanjutkan ke laga ketiga, Minggu (7/5), masih di Britama Arena.

Jadi, bagi anda pencinta bola basket nasional, bersiaplah untuk partai pamungkas ini. Selamat menebak-nebak, apakah kekonsistenan Satria Muda atau justru kebangkitan Pelita Jaya yang mampu menghadirkan gelar IBL?


Baca juga: (Menpora berharap final IBL berlangsung menarik)

Oleh Michael Teguh Adiputra Siahaan
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2017