Jakarta (ANTARA News) - Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan dari Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi RI Intan Ahmad mengatakan konflik sosial dapat menghambat pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

"Berdasarkan studi yang telah dipublikasikan, di tahun 2030 nanti, ekonomi Indonesia dapat mencapai peringkat 10 besar dunia. Namun, kalau kita konflik sosial terus, bisa agak sulit, kita membangun negara dan masyarakat," kata Intan usai membuka simposium internasional bertajuk Peace Journalism and Conflict Resolution in Media di Jakarta, Kamis.

Akhir-akhir ini, banyak konflik yang timbul di Indonesia yang disebabkan oleh beragamnya latar belakang masyarakat negara.

Intan menegaskan bahwa perbedaan itu adalah suatu hal yabg nyata dan warga Indonesia seharusnya bisa menghargai hal tersebut.

"Jangan perbedaan itu malah kita tingkatkan ke level disruptif. Kita tunjukkan bahwa kita adalah negara kesatuan, bahwa kita punya Bhinneka Tunggal Ika. Indonesia itu adalah negara yang beragam," jelasnya.

Lebih lanjut, Ia mengatakan bahwa latar belakang pendidikan akan mempengaruhi cara pikir seseorang, baik dalam segi agama, budaya, dan suku bangsa.

"Nah, kita harus dapat melihat keragaman ini sesuatu yang mustinya bisa kita hargai, bukan menimbulkan permasalahan baru," ujar dia.

Intan pun berharap bahwa kampus-kampus yang ada di Indonesia dapat menjadi tempat pembetukan cara berpikir para generasi muda Indonesia dan dapat menghasilkan rakyat Indonesia yang dapat berpikir secara kritis, namun memahami persoalan secara menyeluruh, dan bisa membedakan mana yang baik dan yang tidak baik.

"Di Indonesia ini ada lebih dari 4.400 kampus dan mahasiswanya lebih dr 5 juta. Generasi muda inilah yang harus melihat bagaimana Indonesia kedepannya nanti. Kalau terus menerus timbul masalah-masalah, akan agak sulit bagi kita untuk maju," ungkapnya.

(T.KR-ARC/A029)

Pewarta: Aria Cindyara
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017