Di gerbong cewek ribet, mulutnya comel
Jakarta (ANTARA News) - Serba salah rasanya ketika ingin naik gerbong khusus wanita. Di satu sisi penumpang merasa lebih nyaman karena tak perlu berdesakan dengan lawan jenis, tapi ada juga yang merasa penghuni gerbong wanita lebih egois.

Perbedaan perilaku penghuni gerbong wanita dengan gerbong lainnya membuat Argihta (27) rela berdesakan dengan para pria di gerbong campur. Dia sudah gerah dengan nada nyinyir dari penumpang saat melihat ada perempuan muda yang duduk. Juga omelan yang keluar bila tak sengaja menyenggol orang lain.

“Di gerbong cewek ribet, mulutnya comel,” kata warga Bogor yang sudah sepuluh tahun jadi pengguna kereta.

Lagipula, dia bisa menghemat tenaga di gerbong campuran. Ketika kereta berhenti mendadak, para pria yang ada di sekitarnya tetap menjejak mantap. Di gerbong wanita, hampir bisa dipastikan ada penumpang yang doyong lalu menyenggol orang di sekitarnya.

“Di gerbong cewek kalau kereta ajrut-ajrutan, mereka enggak bisa nahan.”

Sementara itu, Zaneti (27) yang tinggal di Depok tetap setia pada gerbong khusus wanita meski pernah mengalami hal yang tak menyenangkan.

“Waktu hamil saya pernah didorong ibu-ibu! Saya dorong balik lah!” ujar dia.

Dia memilih bertahan di gerbong wanita lantaran merasa lebih aman, menghindari potensi pelecehan seksual. Pelecehan yang dia maksud tak sebatas bila ada kontak fisik, tapi apa pun yang membuat perempuan tidak nyaman. Mulai dari pandangan jelalatan hingga siulan menyebalkan.

“Mending sikut-sikutan sama emak-emak.”

Aghnia juga merasa lebih nyaman di gerbong wanita meski dia pernah jadi korban dorongan ganas ibu-ibu. Ketika mengantre masuk gerbong, dia yang berdiri paling depan jatuh akibat dorongan orang-orang di belakangnya. Tak ada yang menolong, dia terinjak-injak.

“Setelah kondusif baru ada yang nolongin bangun,” kenang dia.

Satu lagi yang membuat gerbong wanita lebih dipilih: wangi.

Cahyaningtyas sempat malas naik gerbong wanita pascaoperasi usus buntu sebab tak ada yang memberinya kursi prioritas lantaran tidak terlihat seperti orang sakit.

Namun gerbong wanita jadi pilihan satu-satunya saat jam pulang kerja karena lebih bersahabat dengan indra penciumannya. Aroma di gerbong wanita memang tidak sama seperti wangi toko parfum, tapi yang penting tidak ada bau keringat yang menusuk hidung.

“Gerbong campur baunya enggak karuan.”

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2017