Gunung Ararat tidak bisa dilepaskan dari kehidupan sehari-hari masyarakat Armenia, sebuah negara tanpa pantai (landlocked) yang "dikepung" oleh Turki di timur, Georgia (utara), Azerbaijan (timur) dan Iran (selatan).

Hampir semua sektor kehidupan di negara bekas Uni Soviet itu selalu bersinggungan dengan nama Ararat, mulai dari nama hotel, minuman, restoran, klub sepak bola hingga rokok.

Bagi masyarakat Armenia, Gunung Ararat adalah sebuah sebuah simbol dan identitas negara karena dianggap suci dan dipercaya sebagai tempat mendaratnya biduk nabi Nuh.

Tapi yang unik, Gunung Ararat yang menjulang setinggi 5.137 meter dan pernah meletus pada 1840 itu tidak berada di wilayah Armenia, tapi di teritori Turki, yaitu Provinsi Igdir.

Gunung Ararat yang menjadi puncak tertinggi di Turki, sebenarnya pernah berada di teritori Armenia sampai peristiwa genosida atau pembunuhan massal pada 1915, ketika Turki mengambil alih wilayah tersebut.

Gunung Ararat sudah menjadi simbol dan penanda bagi bangsa Armenia karena sisi paling indah bisa dilihat dari arah Armenia, terutama dari lokasi biara Khor Virap.

Meski berada di luar wilayah Republik Armenia, Ararat secara simbolik tidak bisa dipisahkan dari identitas bangsa Armenia dan secara historis dan budaya masih dianggap sebagai milik bangsa tersebut.

Ararat adalah "gunung suci" bagi bangsa Armenia sejak zaman prasejarah karena dianggap sebagai "rumah para dewa". Tapi seiring dengan munculnya ajaran Kristen, mitos yang berhubungan dengan pemujaan kepada berhala pun lambat laun menghilang.

Gunung tersebut secara geografi pun menjadi pusat Kerajaan Armenia dengan luas wilayah yang membentang sekitar 320km dari Ararat.

Pada abad ke-19, Gunung Ararat dijadikan simbol negara Armenia. Pada era Republik Pertama, yaitu berdirinya negara Armenia modern pertama antara 1918 sampai 1920, Armenia juga disebut dengan Republik Ararat dengan pusat pemerintahan di kawasan pegunungan itu.

Ahli etnografi Levon Abraham berpendapat, Ararat yang sehari-hari secara visual terlihat jelas bisa disaksikan dari rumah-rumah warga di kota Yerevan dan daerah lain, menjadi sumber ilham dan simbol bagi para budayawan, seni arsitektur, musisisi maupun politisi.

Tiga perangko pertama yang diterbitkan pada 1992, yaitu setelah Armenia memperoleh kemerdekaan dari Uni Soviet, juga mengambil gambar Gunung Ararat.

Gambar Gunung Ararat juga digunakan untuk berbagai lembaran mata uang dram dari 1993 sampai 2001. Sebaliknya, Turki juga pernah menggunakan gambar gunung tersebut untuk mata uang kertas lira pada 1972-1986.

Lambang negara Armenia
Sejak 1918 sampai sekarang, gambar Gunung Ararat selalu digunakan sebagai lambang negara Armenia. Bahkan pada era Uni Soviet, gambar gunung tersebut sebagai lambang negara Soviet Armenia mendapat porsi mencolok di bagian tengah.

Presiden Armenia Serzh Sargsyan dalam sebuah wawancara dengan harian Jerman Del Spiegel pernah menegaskan bahwa Ararat akan selalu ada di hati setiap orang Armenia.

"Tidak ada yang bisa mengambil Ararat dari kami karena kami akan menjaganya di dalam hati kami. Dimana pun bangsa Armenia yang tersebar di seluruh, Anda akan menemukan gambar Gunung Ararat di rumah mereka," kata Sargsyan.

Tampaknya, bangsa Armenia tidak rela gunung tersebut menjadi bagian Turki sehingga sampai sekarang tetap menjadikan Ararat sebagai simbol negara, termasuk bagi tujuh juta diaspora Armenia di seluruh dunia, jauh lebih banyak dengan populasi negara Armenia sendiri yang hanya tiga juta.

Vardan, diplomat Armenia yang ditugaskan di kedutaan Armenia di Jakarta mengisahkan bahwa pada era Uni Soviet, Turki pernah menyampaikan keberatan kalau Ararat dijadikan sebagai simbol negara oleh Armenia karena gunung tersebut berada di teritori mereka.

"Pihak Moskow ketika menjawab bahwa kalau Turki sendiri boleh menggunakan gambar bulan sabit sebagai lambang mereka, lalu mengapa Armenia tidak boleh menggunakan Gunung Ararat?," kata Vardan.

Oleh Atman Ahdiat
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2017