Jakarta (ANTARA News) - Simulasi kajian sektor keuangan Bank Indonesia (BI) memperlihatkan kenaikan 10 persen harga minyak dunia mengakibatkan peningkatan kredit bermasalah (NPL) bruto pada bank sebesar 0,2 persen. "Ini merupakan kajian yang dilaksanakan BI pada Maret," kata Direktur Penelitian dan Pengaturan Perbankan BI, Halim Alamsyah di Jakarta, Rabu. Simulasi tersebut didasarkan atas dasar perhitungan NPL bruto akhir Desember 2007 yaitu sebesar 4,6 persen. Dengan asumsi "ceteris paribus" (asumsi yang lain tidak berubah), simulasi tersebut memperlihatkan peningkatan 10 persen harga minyak tersebut akan membuat peningkatan 0,2 persen NPL bruto setelah tiga bulan kemudian. Simulasi BI itu menyatakan, bila harga minyak dunia sebesar 75 dolar AS per barel, NPL bruto perbankan menjadi 4,82 persen dan bila harga minyak 85 dolar as per barel, NPL menembus lima persen menjadi 5,02 persen. Pada harga minyak 100 dolar AS per barel, NPL bruto diperkirakan mencapai 5,37 persen. Untuk harga minyak 110 dolar AS per barel, NPL bergerak naik menjadi 5,57 persen. Bila harga minyak 115 dolar AS per barel, NPL bruto menjadi 5,75 persen. Pada harga minyak 120 dolar AS per barel membuat NPL bruto menjadi 5,75 persen dan bila harga minyak 125 dolar AS barel, NPL bruto akan berad di 5,85 persen. NPL pada akhir Desember 2007 berada di bawah lima persen yaitu 4,6 persen. Bank Indonesia sendiri terus meminta agar NPL perbankan tetap dapat berada di bawah lima persen. Untuk itu, dalam kajian tersebut diungkapkan, peningkatan harga minyak dunia dapat berpengaruh signifikan terhadap perbankan khususnya NPL (kredit bermasalah).(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008