Cirebon (ANTARA News) - Hujan yang mengguyur secara merata di Cirebon selama tiga hari terakhir membuat ratusan ribu ton gabah yang dijemur di jalan dan di sejumlah penggilingan padi terancam rusak karena sebagian sudah tumbuh menjadi benih baru. Berdasarkan pantauan ANTARA, Rabu, di sepanjang Jalur Utama Pantura dan jalan-jalan kabupaten Cirebon banyak gabah yang dibiarkan tertutup terpal plastik selama tiga hari terakhir dan begitu dibuka sebagian sudah menjadi benih. Para pekerja penjemur gabah mengungkapkan, akibat hujan selama tiga hari terakhir, sekitar 5 persen gabah yang terkena lembab sudah mengeluarkan daun sehingga harus disortir ulang dan menurunkan harga gabah. "Tengkulak pasti menurunkan harga karena ada gabah yang sudah mulai tumbuh, tetapi untungnya sekarang ini harga gabah sedang bagus sehingga tidak begitu jatuh," kata Sudiman, petani Desa Ujunggebang yang menjemur padi di median jalur Pantura Cirebon-Jatibarang. Ia memperkirakan jumlah gabah yang terancam rusak sepanjang Palimnanan sampai Losarang bisa mencapai ratusan ribu ton, kalau 5 persen saja rusak maka kerugian petani bisa mencapai ribuan ribu ton. "Kalau 5.000 ton berubah jadi benih maka kerugian petani mencapai Rp10 miliar, soalnya gabah basah sudah berani ditawar Rp2.000 per kilogram," katanya yang tidak menduga cuaca bisa berubah cepat dalam seminggu terakhir. Kadirin, petani Desa Tegalgubug Lor mengungkapkan, seminggu yang lalu cuaca masih panas sehingga petani berlomba melakukan panen, tetapi setelah gabah menumpuk justru tiga hari terakhir diguyur hujan. Hal senada juga diungkapkan Wakil Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Cirebon, Tasrip Abubakar bahwa ribuan hektare areal tanaman padi yang tersebar di sejumlah kecamatan banyak yang ditunda panennya.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008