Jakarta (ANTARA) - Kementerian Keuangan Republik Indonesia melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) menambah mitra distribusi layanan daring penjualan Surat Berharga Negara (e-SBN) ritel berjenis Sukuk Tabungan seri terbaru ST-005.

"Ada 14 bank, fintech, perusahaan sekuritas dan sekuritas khusus, totalnya 22 (mitra distribusi). Tiap penerbitan kami selalu mencoba memperluas dan menambah partisipasi mitra distribusi," kata Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Luky Alfirman di Jakarta, Kamis.

Luky menjelaskan saat peluncuran saving bond ritel seri SBR-007 hanya ada 20 mitra distribusi, namun saat ini untuk ST-005 bertambah menjadi 22 mitra distribusi.

Mereka adalah lembaga keuangan mulai dari PT Bank Central Asia, PT Bank Mandiri, PT Bank Negara Indonesia, PT Bank Permata, PT Bank Raktyat Indonesia, PT Bank Tabungan Negara dan PT Bank CIMB Niaga.

Kemudian ada PT Bank DBS Indonesia, PT Bank OCBC NISP, PT Bank Panin, PT Bank Maybank Indonesia, PT HSBC Indonesia, PT Bank Syariah Mandiri dan PT BRI Syariah.

Selanjutnya juga bisa melalui PT Trimega Sekuritas Indonesia, PT Danareksa Sekuritas, PT Mandiri Sekuritas, PT Bareksa Portal Investasi, PT Star Mercato Sejahtera Investama, PT Nusantara Sejahtera Investama, PT Investree Radhika Jaya, dan PT Mitrausaha Indonesia Group.

Melalui mitra distribusi itu, pemerintah menargetkan mampu meraup Rp2 triliun dari penjualan surat utang ST-005. Nominal ini sama dengan target penerbitan surat utang sebelumnya.

Adapun masa penawaran hanya berlangsung selama dua pekan, yakni mulai tanggal 8 hingga 21 Agustus 2019.

"Target penjualan Rp2 triliun dengan masa penawaran selama dua pekan dari tanggal 8-21 Agustus 2019," ujar Luky.

Sementara itu untuk pemesanan, investor dapat mengakses penawaran elektronik (online) melalui situs resmi Kementerian Keuangan, yakni www.kemenkeu.go.id/sukuktabungan atau mengkases layanan yang diberikan kepada 22 mitra distribusi tersebut.

Penerbitan ST-005 menggunakan skema floating with floor atau imbalan hasil mengambang sebesar 7,40 persen per tahun. Artinya, investor bisa memperoleh imbalan hasil tanpa berubah hingga masa jatuh tempo.

Perhitungan imbalan itu bersumber dari tingkat bunga acuan BI 7DRRR sebesar 5,75 persen ditambah spread 1,65 basis poin.

Baca juga: Pemerintah serap Rp21,45 triliun dari lelang SUN

Baca juga: Untuk pembiayaan sebagian APBN, lelang SUN serap Rp22,05 triliun

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019