Sukabumi (ANTARA News) - Pasca perusakan dan pembakaran Masjid Al-Furqon dan Madrasah Al-Furqon milik jemaah Ahmadiyah di Kampung Parakan Salak, Desa/Kecamatan Parakan Salak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Senin dini hari (28/4) oleh ratusan massa, kepolisian dari Polres Sukabumi tengah memeriksa delapan saksi untuk dimintai keterangan. Informasi yang diperoleh ANTARA, Senin, menyebutkan dari delapan saksi yang tengah diperiksa di Mapolres Sukabumi, satu di antaranya, HS, merupakan kepala Desa Bojong Asih, Kecamatan Parakan Salak. Tujuh orang lainnya yang diperiksa berinisial CP, DI, FR, KL, AG, GC dan CC. "Saat ini kami tengah memeriksa delapan orang. Delapan orang ini hanya sebagai saksi karena mereka ikut dalam rombongan massa perusakan dan pembakaran masjid dan madrasah milik jemaah Ahmadiyah," kata Kapolres Sukabumi, AKBP Guntor Gaffar, kepada pers usai melakukan peninjauan TKP. Menurut dia, pihaknya terus melakukan penjagaan ketat di sekitar TKP dan pihaknya juga telah meminta bantuan ke Polwil Bogor dengan pengiriman sedikitnya 90 personel ke tempat kejadian. "Hal ini dilakukan untuk pengamanan dan mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan dan juga mengamankan seluruh aset milik jemaah Ahmadiyah yang masih tersisa," katanya. Selain itu, lanjut Kapolres, pihaknya juga melakukan penjagaan terhadap jemaah Ahmadiyah yang berada di wilayah lain, seperti di Kecamatan Warung Kiara, Jampang Tengah, Desa Cilutung dan Kecamatan Cibadak. Ia menyebutkan, berdasarkan hasil pemeriksaan sementara terhadap delapan orang tersebut, bahwa aksi perusakan dan pembakaran masjid dan madrasah milik jemaah Ahmadiyah itu dilakukan secara terkoordinir oleh warga yang mengatasnamakan Forum Komunikasi Jamiatul Mubalighin (FKJM) Parakan Salak. Menurut pantauan ANTARA, suasana pasca perusakan dan pembakaran masjid dan madrasah milik Ahmadiyah masih terlihat mencekam. Bahkan, aparat kepolisian dari Polres Sukabumi dibantu dengan pasukan Brimob dari Polwil Bogor langsung melakukan sterilisasi di tempat kejadian untuk melakukan olah TKP. Penjagaan di sekitar TKP pun terus diperketat, hanya aparat kepolisian dan wartawan yang diperbolehkan masuk ke area TKP. Sementara itu, Ketua Jemaah Ahmadiyah Parakan Salak, Asep Saefudin, meminta pihak kepolisian agar memberikan keadilan bagi warga Ahmadiyah untuk segera mengusut kasus perusakan dan pembakaran masjid dan sebuah madrasah. "Petugas harus berani menindak tegas para pelaku pembakaran mesjid," katanya. Menurut dia, pasca kejadian tersebut, sebagian anggota Ahmadiyah masih beraktivitas seperti biasa, namun sebagian yang lain masih terlihat trauma, khususnya anak-anak sekolah. "Anak-anak terpaksa tidak bersekolah karena masih trauma akibat peristiwa itu," kata salah seorang anggota Ahmadiyah, Eman Sulaiman (62). Menurut dia, sebagian warga mengaku masih ketakutan untuk melakukan aktivitas seperti biasanya, sehingga sebagian warga memilih untuk sekedar menonton aparat kepolisian yang sedang melakukan olah TKP. Hingga saat ini ditempat kejadian masih terlihat penjagaan yang sangat ketat dari aparat kepolisian. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008