Yogyakarta (ANTARA News) - Aksi unjuk rasa oleh puluhan orang yang tergabung dalam Front Pemuda dan Santri Penyelamat Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di simpang-empat Tugu Yogyakarta, Selasa, sempat diwarnai bentrokan dengan massa dari Garda Bangsa (organisasi pemuda PKB). Namun, bentrokan tidak sampai membawa korban karena sejumlah aparat kepolisian berhasil melerai mereka. Menurut Ketua Garda Bangsa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Wawan, pihaknya kurang setuju dengan unjukrasa itu, karena bisa memicu `suasana panas` di daerah ini. "Selama ini Yogyakarta cukup kondusif, dan jangan memanaskan suasana. Biarlah konflik di tubuh PKB hanya terjadi di pusat (Jakarta-red), jangan dibawa-bawa ke Yogyakarta," katanya. Front Pemuda dan Santri Penyelamat PKB dalam unjukrasa itu menuntut antara lain pengembalian PKB sebagai `kendaraan` politik Nahdlatul Ulama (NU). Sebab, selama ini PKB menjadi `kendaraan` politik oknum-oknum tertentu untuk kepentingan sendiri maupun kelompoknya. Koordinator unjukrasa, Irwan Simatupang mengatakan PKB adalah partai yang dibentuk dan didirikan oleh kalangan kyai NU sebagai media perjuangan politik kaum nahdliyyin khususnya dan masyarakat Indonesia umumnya. "Namun, dalam perjalanannya idealitas tersebut ternodai oleh beberapa oknum yang memiliki kepentingan sesaat daripada kepentingan publik," katanya. Menurut dia, PKB yang secara struktural lebih banyak didominasi kalangan kyai, menimbulkan kecemburuan tersendiri bagi kalangan lain di luar komunitas kyai. "Itu terjadi karena dalam beberapa hal yang terkait dengan kebijakan partai harus mendapat restu dari mereka yang diangkat dan memiliki otoritas serta hak kuasa," katanya. Menurut Wawan, kondisi tersebut menyebabkan kerancuan dan ketidakjelasan antara garis kepartaian dan ruang komunikasi kultural yang harus dibangun antar kalangan. "Hal itu terbukti dengan kasus pemecatan Muhaimin Iskandar dari jabatan Ketua Umum DPP PKB berdasarkan keputusan pada rapat gabungan 26 Maret lalu. Padahal rapat ini tidak memiliki kewenangan untuk memecat atau memberhentikan pengurus," katanya. Pemecatan tersebut yang kemudian memunculkan dua kubu yang berseteru untuk saling mempertahakan diri, yang akhirnya melahirkan dua MLB. "Kasus ini sangat tidak mencerminkan profesionalisme partai, dan sangat tidak mendidik bagi kader muda PKB sebagai proses regenerasi dalam sebuah partai," katanya.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008