Jolo, Filipina (ANTARA News) - Seorang pimpinan kelompok militan Abu Sayyaf cedera dan putranya termasuk di antara tujuh orang yang tewas dalam serangan besar-besaran yang dilakukan militer Filipina di Pulau Jolo, kawasan Filipina selatan yang bergolak, seorang pejabat di Jolo, menyatakan Kamis. Laporan militer angkatan darat menyebutkan pemimpin kelompok Abu Sayyaf Isnilon Hapilon tertembak di tangannya saat tentara pemerintah melancarkan serangan Rabu pagi, namun dia berhasil meloloskan diri ke dalam wilayah pegunungan yang berhutan lebat. Anaknya, Tabari, yang juga gerilyawan Abu Sayyaf, mengalami luka gawat di bagian kepada dan perutnya, kata jurubicara militer wilayah, Mayor Eugene Batara, seperti dilaporkan AFP. Serangan itu berhasil menguasai satu kamp Abu Sayyaf di sekitar kota Jolo, tempat mereka mengatakan akan melakukan latihan dan merakit bom-bom dengan para anggota Jemaah Islamiyah (JI), sayap bersenjata Al-Qaeda Asia Selatan. Para pemberontak menderita korban banyak, kata pihak militer, tanpa menyebut berapa jumlah mereka yang tewas. Hapilon adalah salah satu dari dua pimpinan Abu Sayyaf yang selamat, yang menggerakkan aksi-aksi serangan dan penculikan, serta serangan-serangan bom di awal dasawarsa ini. Pemerintah AS telah menawarkan hadiah sebesar lima juta dolar untuk menangkapnya. Tokoh pemimpin Abu Sayyaf lainnya yang sulit ditangkap, Abu Pula, ditawarkan 100.000 dolar untuk kepalanya. Abu Sayyaf adalah satu geng kecil dari kelompok militan Islam yang secara langsung menerima dana dari Al-Qaeda, namun sejak itu merosot menjadi satu geng kriminal dengan spesialisasi pada penculikan, pemerasan dan pemboman. Para pakar keamanan mengatakan, mereka pada tahun-tahun belakangan ini telah mengembangkan satu persekutuan dengan JI, satu kelompok radikal yang mendesakkan diberlakukannya khalifah Islam di seluruh Asia Tenggara. JI telah dituding melakukan serangn teroris terburuk di kawasan ini pada beberapa tahun terakhir, termasuk suatu serangan terhadap kelab malam yang menewaskan 202 orang di Bali, Indonesia, pada tahun 2002. Dua dari beberapa pakar bom terkemuka JI, Dulmatin dan Umar Patek, diyakini sekarang berada di suatu tempat di Filipina selatan. Pihak militer sebelumnya melaporkan bahwa Dulmatin telah tewas dalam satu serangan pada awal tahun ini, tetapi pemerintah Indonesia mengatakan, test DNA jenazahnya tidak meyakinkan. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008