Doha (ANTARA News) - Ulama kharismatik dari Qatar, Prof. Dr. Yusuf Qardhawi membantah ada permusuhan antara Muslim dan Yahudi, dan menegaskan Islam hanya menentang gerakan permusuhan dan ekspansionis Zionis. "Tidak ada permusuhan antara Islam dan Yahudi," Syeikh Qardhawi, yang juga mengetuai Uni Internasional untuk Cendekiawan Muslim (IUMS), mengatakan hal itu saat menerima kunjungan para pendeta Yahudi dari gerakan anti-Zionis, Neturei Karta. Ia mengungkapkan bahwa selama berabad-abad warga Yahudi telah hidup dalam kedamaian dan hidup berdampingan di negara-negara Muslim. "Warga Yahudi adalah orang-orang terkaya di Mesir dan di sejumlah negara Muslim," kata Qardhawi kepada tiga pendeta Yahudi yang melakukan kunjungan muhibah ke kediamannya di ibu kota Qatar, Doha. Pendeta Aharon Cohen mendukung pernyataan Syeikh Qardhawi, yang dikenal sebagai pakar kebudayaan Islam dan alumnus Universitas Al-Azhar Mesir. "Warga Yahudi tidak menemui masalah ketika hidup di negara-negara Muslim," kata Cohen, seperti dilaporkan IINA. Latar belakang sama Syeikh Qardhawi menegaskan Muslim dan Yahudi memiliki latar belakang sama sebagai pengikut dua agama syamawi (langit). "Kaum Yahudi yang percaya kepada Kitab Taurat yang asli adalah sangat dekat dengan Islam," ujarnya. "Para pengikut kedua agama itu memiliki kesamaan dalam sejumlah ritual dan praktek ibadah, seperti khitan bagi lelaki, penyembelihan hewan halal, haram daging babi dan pelarangan patung apa pun di dalam masjid dan sinagog (gereja Yahudi)." Syeikh Qardhawi mengemukakan warga Muslm dan Yahudi sama-sama mengalami penyiksaan setelah jatuhnya kekuasaan Islam di Andalusia, kini Spanyol. Ia menegaskan Islam dan Yahudi, yang percaya kepada satu Tuhan, sepatutnya bergandengan tangan untuk memberantas ateisme, pornografi, perkawinan sejenis, dan ketidakadilan. Suatu perhimpunan Cendikiawan Islam dan para pakar antar-iman pada 25 Februari lalu menerbitkan surat terbuka bagi masyarakat Yahudi dunia yang menyerukan suatu dialog untuk mempererat hubungan antara Muslim dan Yahudi. Syeikh Qardhawi menegaskan hubungan antara Muslim dan Yahudi terkendala munculnya Zionisme dan pembentukan negara Israel di atas puing-puing Palestina. "Islam menentang ekspansionis dan gerakan Zionisme yang menindas, dan bukan memusuhi kaum Yahudi," katanya. Zionisme Para pendeta Yahudi yang berkunjung ke Rumah Syeikh Qardhawi itu mengenakan lencana di dada baju mereka bertulis "Saya orang Yahudi bukan Zionis", dan berbagi keyakinan yang sama. "Agama Yahudi, yang didasarkan pada ajaran yang benar dari Taurat, tidak mengakui Zionisme," kata Pendeta Cohen, dan menambahkan, "Taurat dan agama Yahudi tidak mengenal pendudukan, pembunuhan dan pengusiran orang-orang dari rumah mereka." Zionisme adalah suatu gerakan politik internasional yang bertujuan membentuk suatu tanah air bagi kaum Yahudi di Palestina, Islam Online melaporkan. Pada 18 April 1948, tanah Palestina dicaplok oleh kelompok militan Irgun pimpinan Menachem Begin, yang memaksa 5.500 warga Palestina melarikan diri dari rumah mereka. Pada 22 April, Haifa jatuh ke tangan militan Zionis dan 70.000 warga Palestina lari meninggalkan rumah mereka. Pada 25 April, Irgun mulai membombardir wilayah-wilayah sipil di kota Jaffa, kota terbesar di Palestina ketika itu, memaksa 750.000 warga Palstina melarikan diri. Pada 14 Mei 1948, sehari menjelang deklarasi kemerdekaan Israel, Jaffa secara penuh telah dikuasai militan Zionis dan hanya tinggal 4.500 warga Palestina di kota besar tesebut. Israel kemudian membentuk negara di atas puing-puing Palestina pada 15 Mei 1948. Jurubicara Neturei Karta, Yisrael David Weiss, mengatakan praktek Israel itu bertentangan dengan ajaran suci Yahudi. Neturei Karta mewakili ratusan ribu orang Yahudi Otodoks dari seluruh dunia. Kelompok itu yakin bahwa pendirian negara Palestina merdeka dan meruntuhkan negara Israel akan dapat memberi kedamaian di Timur Tengah. "Taurat dan sejarah Yahudi mengatakan bahwa hidup Israel pada suatu saat akan berakhir," ujar Pendeta Weiss. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008