Medan (ANTARA News) - Pembangunan Gereja HKBP Resort Binjai Baru di Jalan Dr.Wahidin, Kelurahan Jati Makmur, Kecamatan Binjai Utara, Kota Binjai yang kini bermasalah dinilai lebih disebabkan adanya disorganisasi sosial di daerah itu. "Disorganisasi sosial itu memunculkan penyakit sosial yang kemudian menyebabkan terjadinya disharmonisasi dalam kehidupan bermasyarakat," ujar Ketua DPD Partai Demokrasi Kebangsaan Bersatu (PDKB) Sumatera Utara, Pdt Ir.Immanuel G.Munthe,MSi di Medan, Senin. Menurut dia, para pejabat pemerintahan, tokoh agama, tokoh masyarakat dan kalangan cendekiawan merupakan pihak-pihak yang berperan dalam mengoorganisasikan kehidupan sosial di tengah-tengah masyarakat. Mudah diprovokasi Jika keempat elemen itu salah dalam mengorganisasikan kehidupan sosial, maka yang akan muncul adalah penyakit sosial berupa gesekan-gesekan di tengah-tengah masyarakat yang pada akhirnya mudah diprovokasi. "Ini yang perlu disadari keempat elemen itu karena pada dasarnya masyarakat hanya menerima saja," ujarnya. Terkait pembangunan Gereja HKBP Resort Binjai Baru yang kini bermasalah karena diduga tidak memiliki ijin, menurut Immanuel hal itu tidak perlu terlalu dibesar-besarkan. Kasus itu juga dinilai tidak perlu dikembangkan sedemikian rupa karena dapat menimbulkan persoalan baru. "Tidak perlu sampai harus lapor ke LWF di Jenewa segala, apalagi sampai harus bertaruh nyawa dan melakukan pertumpahan darah. Itu tindakan provokatif yang sama sekali tidak perlu dan bahkan harus dihindari," ujarnya. Immanuel yang pada kesempatan itu didampingi Sekretaris DPD PDKB Sumut Drs.Parlindungan Marpaung, MSi berharap kasus pembangunan gereja di Binjai itu bisa diselesaikan oleh keempat elemen yang ada di daerah itu. "Cukup diselesaikan oleh pejabat pemerintahan, tokoh agama, tokoh masyarakat dan cendekiawan setempat, tidak perlu sampai dibesar-besarkan guna menghindari gesekan lebih jauh yang dapat merusak kerukunan dan suasana kondusif di daerah," katanya. Menurut Immanuel, yang perlu dilakukan adalah "menyembuhkan" penyakit sosial yang ada di tengah-tengah masyarakat dengan mencari titik permasalahan dan "mengobatinya" dengan cara duduk bersama. Hidup rukun "Jangan sampai di daerah kita ini muncul gesekan-gesekan yang sulit diatasi seperti yang terjadi di sejumlah daerah lain di tanah air. Jangan sampai yang ada hanya saling curiga dan mementingkan diri sendiri, sehingga kita tidak bisa lagi hidup dengan rukun," katanya. Menyangkut belum adanya ijin bagi pembangunan gereja itu, menurut Immanuel bukanlah hal mendasar yang perlu dipersoalkan. Meski sudah ada ijin, katanya, jika masyarakat setempat memang tidak berkenan, tetap saja bisa dirubuhkan. "Jadi bukan soal ijin, apalagi gereja itu sempat dibangun sejak beberapa bulan lalu. Ini masalah disorganisasi sosial, buktinya pihak Pemko Binjai sempat membawa buldozer ke lokasi pembangunan gereja itu," katanya menambahkan. Solusi terbaik untuk semua pihak Karenanya ia menyarankan keempat elemen yang ada di daerah itu duduk bersama satu meja dan mencarikan solusi terbaik yang dapat diterima semua pihak. "Karena, bila disorganisasi sosial tetap berlangsung, apapun yang hendak dibuat pasti akan jadi masalah. Apalagi jika sampai terjadi pertumpahan darah di Binjai, itu akan menjadi bukti nyata kegagalan organisasi sosial di daerah itu," katanya.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008