Pangkalpinang (ANTARA News) - Kalangan ibu rumah tangga di Pangkalpinang, Provinsi Bangka Belitung (Babel) makin mengeluh, karena harga beras naik lagi dalam sepekan terakhir sehingga membuat perekonomian terus tertekan. "Dalam sepekan ini sudah dua kali harga beras mengalami kenaikan yaitu dari sebelumnya Rp5.000/kg menjadi Rp6.500/kg dan sekarang naik lagi ke posisi Rp7.000/kg," ujar Hernawati, ibu rumah tangga di Pangkalpinang, Senin. Ia mengatakan, kenaikan harga beras semakin menyulitkan perekonomian di tengah naiknya berbagai bahan kebutuhan pokok, sementara pendapatan tidak bertambah. Susiana (40), ibu rumah tangga lainya mengatakan, kenaikan harga beras sangat mengejutkan, karena sebelumnya harga beras masih stabil namun dalam seminggu ini harganya mulai meroket dan semakin tidak terkontrol. "Untung saya juga mendapat raskin sebanyak 15 kg per bulan sehingga bisa sedikit meringankan biaya untuk membeli beras. Saya hanya membeli sedikit di pasaran untuk menambah beras raskin agar cukup untuk bekal sebulan, tapi kalau harganya mahal masih tetap juga menyulitkan," ujarnya. Sementara itu, Ahong (45), seorang distributor beras di Pangkalpinang mengatakan, harga beras merek TR dan RM isian 40 kg saat ini dijual ke tingkat pedagang pengecer Rp225 ribu sebelumnya atau seminggu lalu Rp220 ribu. Sedangkan harga beras merek TR dan RM isian 15 kg saat ini dijual Rp90 ribu sedangkan sebelumnya Rp85 ribu. "Rata-rata harga beras isian 40 kg dan 15 kg naik menjadi Rp5.000 dari harga seminggu lalu, demikian juga harga beras merek lainya juga mengalami kenaikan," ujarnya tanpa merinci merek beras yang ada di tokonya. Sementara Mardias, pedagang pengecer beras di Pangkalpinang mengatakan,harga beras terpaksa dinaikkan sejak lima hari terakhir menyusul naikknya harga di tingkat distributor. "Harga beras pada distributor mengalami kenaikan sehingga saya terpaksa menaikkan harga jual di tingkat konsumen. Rata-rata beras yang saya jual terutama merek TR dan RM yang banyak dikonsumsi masyarakat, naik mencapai Rp500/kg," ujarnya.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008