Jakarta, (ANTARA News) - Meneg PPN/Kepala Bappenas Paskah Suzetta mengatakan kompensasi kenaikan harga BBM mencapai Rp35 triliun dan seluruhnya akan dialokasikan kepada program pengentasan kemiskinan, di antaranya Bantuan Langsung Tunai (BLT) plus bagi masyarakat miskin. "Kita sekarang sedang kaji kenaikan BBM sebesar 20 persen, 25 persen, dan 30 persen. Kalau kenaikannya 30 persen, kita akan dapat dana dari penurunan subsidi BBM sebesar Rp35 triliun," jelas Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Paskah Suzetta usai pembukaan acara Musyarawah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) di Jakarta, Selasa. Dia menambahkan, pemerintah tetap akan menggunakan basis data kemiskinan BPS untuk kenaikan harga BBM pada 2005, yaitu 19,1 juta rumah tangga miskin (RTM). "Kalau kenaikannya 30 persen, maka akan digunakan basis BLT 2005 dengan besaran yang sama," katanya yang berarti RTM akan menerima sekitar Rp100.000 perbulan selama setahun. Sedangkan BLT plus bagi masyarakat miskin, kata Paskah, pemerintah akan memberikan tambahan berupa bahan makanan, di luar skema raskin. Menurut Paskah, dalam dua pekan ini pemerintah tengah berupaya menyiapkan kebijakan BLT plus tersebut sehingga penyaluran BLT bisa berbarengan dengan kenaikan BBM yang diharapkan paling lambat awal Juni 2008. Agar BLT plus ini tepat sasaran, Paskah mengatakan pihaknya kini terus mengkaji data-data penerima BLT, karena dengan penurunan persentase penduduk miskin setelah BLT 2005 yaitu dari 17,75 persen menjadi 16,75 persen, kemungkinan ada penurunan penerima BLT plus. "Untuk mencegah salah sasaran BLT, pola penyalurannya tetap melalui kantor pos. Mekanisme penyaluran BLT sama seperti 2005, tidak berubah mekanismenya. Mungkin berubah jumlahnya. Tapi kita tetap pakai patokan 19,1 juta," ujarnya. Sementara itu, Ketua Kadin MS Hidayat menyarankan agar kenaikan BBM dilakukan sekaligus 30 persen agar memberi kepastian. "Saya sarankan sekaligus. Kira-kira 30 persen. Jadi kita punya kepastian," kata Hidayat. Ia mengatakan, meski tengah menjalani masa berat tetapi pengusaha langsung bisa membuat kalkulasi baru jika kenaikan harga BBM dipastikan. "Jadi bebannya sudah pasti. Ini untuk menghindari spekulasi bahwa ini akan naik lagi. Jadi sekaligus saja dengan program kompensasi sehingga mereka masih mampu beli bahan pokok dan sekaligus akan menjamin kelangsungan APBN," kata dia.(*) (T.D014/B/Z004/C/Z004) 06-05-2008 17:19:32 NNNN

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008