Jakarta (ANTARA News) - Anggota DPR dan konseptor otonomi daerah Prof Dr Ryaas Rasyid MA meragukan hasil survei Institut Riset dan Pengembangan (RDI) Indonesia yang menempatkan mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso sebagai figur yang kurang tegas. "Yang paling tegas justru Sutiyoso, berani tidak populer dan ambil risiko," kata Ryaas di Jakarta, Kamis, sebelum berbicara pada diskusi yang diselenggarakan Hizbut Tahrir Indonesia. Koordinator Program RDI, Hasan Nasbi pada Senin (5/5) mengumumkan hasil survei RDI terhadap 2.600 responden di 260 desa/kelurahan di 33 provinsi pada 22-30 Maret 2008. Survei itu menyebutkan bahwa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dinilai oleh 45,3 persen responden sebagai tokoh yang paling tegas, sedangkan Sutiyoso hanya dipilih oleh dua persen responden. Tokoh yang lain, seperti Megawati Soekarnoputri dipilih oleh 17,6 persen responden, Wiranto 17,2 persen, Amien Rais enam persen, Sri Sultan Hamengkubuwono X 4,7 persen, dan Jusuf Kalla 2,13 persen. "Survei itu tidak mewakili kenyataan," kata Ryaas, yang juga mantan Menneg Otonomi Daerah dan Menneg Pendayagunaan Aparatur Negara. Ryaas yang juga pendiri Partai Persatuan Demokrasi Kebangsaan (PDK) mengaku berteman baik dengan Sutiyoso, sehingga sangat mengenal karakternya. "Ia sangat tegas, jujur pada dirinya sendiri. Jujur pada diri sendiri sangat penting. Banyak orang yang tak jujur pada diri sendiri. Dia mengakui memiliki kekurangan, keterbatasan, dan tidak merasa sempurna," katanya. Ryaas menyatakan bahwa calon presiden pada Pemilu Presiden 2009 mendatang amat ditentukan pada hasil Pemilu Legislatif 2009 dan besaran dukungan rakyat. Survei yang mendekati kebenaran, katanya, akan terlihat setelah ada hasil Pemilu Legislatif 2009. Ia mencontohkan saat ini profil Presiden Yudhoyono menempati urutan teratas dalam berbagai survei, tetapi bila Partai Demokrat menurun pada Pemilu 2009, maka hal itu bisa berpengaruh bagi sosok Yudhoyono. Mengenai perkembangan pencalonan dirinya sebagai presiden, Ryaas mengaku tak lagi memiliki niat itu. "Saya tahu diri lah, pertama saya bukan orang Jawa, kedua tidak punya uang dan ketiga partai saya belum tentu besar," katanya sambil tertawa. Ketika ditanyakan apakah partainya akan mendukung Sutiyoso, Ryaas menjawab, "Belum tentu, karena bergantung berapa besar dukungan untuk Sutiyoso. Yang jelas kami mencalonkan wajah baru yang belum pernah jadi presiden". (*)

Copyright © ANTARA 2008