Jakarta (ANTARA News) - Tokoh nasional H. Wiranto mengatakan, persoalan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang terjadi saat ini sebagian diakibatkan masalah global, tetapi juga lantaram kurangnya antisipasi pemerintah menghadapi persoalan energi. "Kami mengusulkan kepada pemerintah, agar membenahi tigal hal untuk mengatasi persoalan energi," katanya dalam keterangan persnya di Jakarta, Kamis. Mantan Menteri Pertahanan dan Keamanan, serta Panglima Tentara Nasional Indonesia (Menhankam/Pang TNI) itu mengatakan, ketiga hal itu adalah meningkatkan produksi (lifting) minyak Indonesia, mengembangkan sumber energi alternatif sepeti bio-fuel, serta mengefisienkan penyaluran BBM bersubsidi dan membenahi kegiatan ekspor-impor BBM yang dikuasi para "broker". "Dari ketiga pembenahan itu, kenyataannya saat ini bahwa produksi minyak Indonesia menurun, sumber energi alternatif bio-fuel belum dikembangkan secara terukur dan sistematis, serta ketidakefisienan Pertamina dalam menyalurkan BBM bersubsidi," katanya. Wiranto berharap, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebaiknya mempertimbangkan rencana kenaikan harga BBM. Menurut mantan Capres RI 2004 itu, Pemerintah pernah menaikkan BBM dua kali di tahun 2005. "Data BPS 2006 menunjukkan jumlah orang miskin di Indonesia bertambah. Jika BBM dinaikkan kembali, kami khawatir jumlah orang miskin di tahun 2008 akan bertambah, belum lagi terhitung rawannya ongkos sosial seperti kriminalitas dan keresahan sosial," ujarnya. "Jika pemerintah bersikukuh menaikkan harga BBM, berarti dalam selang waktu 2005-2008 telah terjadi tiga kali kenaikkan BBM," katanya. Wiranto menegaskan, bagi pembuat kebijakan, mungkin naiknya harga BBM adalah masalah pilihan rasional belaka, namun bagi rakyat kecil, naiknya harga BBM adalah persoalan untuk mengatasi beban hidup yang semakin berat. "Saya ikut mencicipi nasi aking bersama sejumlah penduduk di Serang, Banten. Saya juga sempat merayakan ulang tahun bersama anak-anak kurang gizi di NTT, April lalu. Sangat terasa beratnya beban kehidupan mereka. Beban itu akan semakin berat jika BBM kembali dinaikkna," katanya menambahkan.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008