Surabaya (ANTARA News) - Meski goncangan akibat kredit bermasalah "subprime mortgage" di Amerika Serikat, masih dirasakan, namun pasar bursa saham dan obligasi di Indonesia cukup tahan, bahkan kini cenderung terus membaik. Direktur Perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI), T Guntur Pasaribu, di Surabaya, Kamis, menilai, tingkat keyakinan investor tentang kondisi ekonomi kini lebih stabil dan telah menuju perbaikan (recovery). "Meski inflasi membayangi kenaikan Bahan Bakar Minyak, tapi uang di `fund manager` maupun perbankan, tidak bisa `tidur`, harus dikomersialkan, sehingga transaksi di bursa tetap berjalan dan cukup `liquid`," katanya menambahkan. Transaksi rata-rata obligasi pemerintah di pasar sekunder (secondary market) pada 2008 sebesar Rp4 triliun per hari, sedangkan pada 2007 sebesar Rp4,3 triliun per hari. Sementara itu, "yield" obligasi pemerintah (lima tahun) pada 2007 masih berkisar 7-7,5 persen, sekarang sudah mencapai 10,5-11 persen. "Tapi, saya yakin hingga akhir 2008 transaksi rata-rata minimal sama dengan 2007 atau justru sedikit diatasnya," kata Guntur. Untuk obligasi perusahaan (korporasi) rata-rata transaksi tahun 2007 sebesar Rp278 miliar per hari, sedangkan Januari-April 2008 rata-rata Rp237 miliar per hari. Dalam kondisi saat ini, menurut Guntur, yang cukup melegakan adalah tidak banyak investor yang lari. Portofolio asing di obligasi pemerintah saat ini masih berkisar 15-17 persen. Untuk obligasi korporasi, portofolio asing sejak 2006-2008 tidak lebih dari lima persen, sedangkan 95 persen lainnya merupakan investor domestik. Menyinggung akan dilangsungkannya Pemilu 2009 terhadap aktivitas bursa, Guntur menilai tidak terlalu berdampak asalkan tingkat keamanan benar-benar terjaga. Apalagi, pelaksanaan Pilkada di berbagai daerah selama ini juga berjalan relatif aman. "Pemilu tidak terlalu berampak. Apalagi, pelaksanaan Pilkada di berbagai daerah selama ini juga berlangsung dengan aman," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008