Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Myanmar menyambut baik setiap negara yang berniat memberikan bantuan kemanusiaan kepada negara itu, menyusul serangan topan Narqis di Myanmar pada akhir pekan lalu. Pernyataan tersebut dikemukakan oleh Menteri Luar Negeri Myanmar U Nyan Win kepada Menlu Hassan Wirajuda melalui telepon, sebagaimana dikutip Jurubicara Departemen Luar Negeri Kristiarto Soeryo Legowo di Ruang Palapa, Deplu, Jakarta, Jumat. Menurut Kristiarto, Menlu Hassan secara khusus menelpon timpalannya untuk mengkonfirmasi kesediaan pemerintah Myanmar menerima bantuan dari dunia internasional guna mengatasi dampak dari Badai Nargis. Dia mengatakan bahwa ada sejumlah negara sahabat yang secara khusus meminta pemerintah RI agar menjajaki kemungkinan pemerintah Myanmar bersedia menerima bantuan kemanusiaan. "Paling tidak ada perwakilan dari dua negara, yaitu Kanada dan Australia, yang meminta jasa baik pemerintah Indonesia guna menjajaki hal itu," katanya. Kristiarto mengatakan, dalam kesempatan itu tidak dibahas mengenai syarat atau hal yang lainnya, namun mengingat tingkat kerusakan dan mempertimbangkan besarnya jumlah korban, maka pemerintah Myanmar menyambut baik bantuan kemanusiaan dunia internasional. Pemerintah RI telah mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Myanmar berupa uang senilai 1 juta dolar AS serta dua pesawat angkut berat C-130 Hercules yang membawa makanan dan obat-obatan yang diharapkan tiba di Myanmar pagi ini (9/5) melalui Thailand dan akan disalurkan melalui KBRI di Yangon. Terkait kondisi KBRI Yangon yang juga mengalami kerusakan, Jubir Deplu itu mengatakan bahwa saat ini telah mulai dilakukan perbaikan agar KBRI dapat segera kembali berfungsi. Laporan soal WNI Kristiarto juga mengatakan bahwa menjelang satu pekan pasca bencana belum ada laporan WNI yang turut menjadi korban. "Ada sekitar 300 WNI di Myanmar, tujuh di antara mereka adalah diplomat, sebagian terkonsentrasi di Yangon," ujarnya. Sebelumnya selain menelpon langsung Menlu Myanmar, Menlu RI juga telah mengirimkan surat kepada timpalannya itu menanyakan jenis bantuan apa yang dibutuhkan oleh Myanmar. "Kita siap memberikan bantuan sesuai keperluan Myanmar," kata Kristiarto. Menurut data yang dikeluarkan Pemerintah Myanmar, jumlah korban tewas telah mencapai 22.000 orang dan lebih dari 41.000 lainnya masih hilang. Perkiraan awal yang disebutkan dalam pernyataan pers Sekjen PBB Ban Ki-moon mengatakan bahwa jumlah warga yang kehilangan rumah akibat topan Nargis mencapai angka hingga 1 juta orang. Menurut kalangan media yang mengutip para pejabat AS di Myanma, jumlah korban tewas telah mencapai 100.000 orang. Di Dewan Keamanan PBB pada Rabu (7/5), sempat muncul gagasan dari sejumlah negara anggota agar masalah bencana Myanmar dibahas di Dewan Keamanan, terutama masalah kesulitan yang konon dialami sebagian kalangan internasional untuk menyalurkan bantuan ke negara yang dipimpin oleh junta militer tersebut. Namun pada hari yang sama argumentasi untuk membawa bencana Myanmar ke Dewan Keamanan akhirnya patah. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008