Hongkong (ANTARA News) - Pemerintah Hongkong Jumat melakukan penyelidikan menyusul terungkapnya peristiwa kebocoran arsip rahasia dan penting Departemen Imigrasi ke Internet. Daftar itu --yang berisi nama orang diawasi petugas, dokumen informasi perjalanan dan catatan perjalanan-- tercantum di Internet sejak Senin melalui program bagi dokumen disebut "Foxy", lapor DPA. Kesalahan besar itu terjadi setelah seorang petugas baru imigrasi, yang bekerja di pos pemeriksaan di perbatasan Lok Ma Chau, membawa pulang sejumlah dokumen penting dan rahasia lama guna dipelajari tanpa perintah. Komputernya berisi program "Foxy" dan ketika dia menghubungkannya ke Internet, dokumen itu tersalur tanpa sepengetahuannya. Kesalahan besar dalam hal pengamanan itu adalah satu dari serangkaian kejadian di Hongkong pekan lalu. Pada awal pekan ini, perusahaan perbankan raksasa HSBC terpaksa meminta maaf kepada nasabahnya setelah mengakui menghilangkan data 159 ribu rekening dari salah satu cabangnya di Hongkong. Data di layanan Internet itu diyakini hilang pada April dari cabang Kwun Tong saat bank itu dipugar pada bulan lalu. Sebuah rumahsakit pada pekan ini juga mengaku kehilangan data ribuan pasien. Kejadian itu berawal ketika tempat penyimpan data (USB) berisi data 10 ribu pasien dari rumahsakit Prince of Wales hilang setelah seorang pegawai rumahsakit, yang bertugas memindahkan data itu, meninggalkan USB itu di taxi. Anggota parlemen James To, wakil ketua badan keamanan Dewan Perwakilan Rakyat, mengatakan kebocoran cabang departemen imigrasi merupakan perkara paling parah. "Data itu lebih bersifat rahasia. Itu memberikan catatan rinci sejarah perjalanan orang," katanya. Ketua badan keamanan Lau Kong-wah mengatakan bahwa kebocoran itu tidak termaafkan. "Data itu berisi keterangan peka. Tidak hanya bagi Departemen Imigrasi, namun juga seluruh lembaga pemerintah seharusnya mengaji ulang tata keamanan data untuk mencegah perkara serupa," katanya. Abromse Lee, pemimpin dewan keamanan, mengatakan bahwa pejabat terkait akan menghadapi pendisiplinan setelah penyelidikan tersebut.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008