Atlanta, (ANTARA News) - Sesjen PBB Ban Ki-moon mendesak pemerintah Myanmar untuk membolehkan tenaga penolong masuk ke negara yang dilanda badai itu "tanpa rintangan". "Kita jangan kehilangan waktu lagi," kata Ban pada wartawan di Atlanta. "Banyak orang telah meninggal dan jika kita tidak melakukan tindakan yang lebih baik sekarang mungkin akan ada banyak lagi orang yang akan meninggal." Ban telah berupaya untuk menghubungi jenderal senior Myanmar, Than Shwe, untuk melepaskan tuntutan pemintaan visa untuk pekerja bantuan.Upaya Ban untuk menghubungi junta yang suka mengisolasi diri itu tidak berhasil. "Saya telah berusaha untuk berbicara secara langsung dengan pemimpin Myanmar," katanya. "Sayang saya tidak dapat menghubunginya. Saya masih akan berusaha untuk berbicara dengan mereka dan juga dengan pemimpin di negara tetangga." "Saya akan menjamin bahwa ...pekerja bantuan PBB tidak akan terlibat dalam debat politik," katanya. "Kami sekarang berbicara mengenai menyelamatkan hidup." Seorang jurubicara Program Pangan Dunia PBB (WFP) mengatakan di New York bahwa badan itu telah minta 16 visa bagi pekerja bantuan sejak badai tersebut dan hanya satu dari mereka yang diberi. Ia mengatakan kedutaan besar Myanmar di Bangkok tidak tutup hingga Senin. "Keprihatinan saya pada waktu ini adalah proses pemberian visa yang sangat lambat," kata Ban. "Karena itu saya akan benar-benar mendesak lagi pada pemerintah Myanmar supaya mereka mempercepat pengeluaran visa dan juga cukai dan izin." Okabe mengatakan pekerja bantuan masih belum mencapai beberapa daerah yang parah dan menambahkan "PBB telah memiliki personel di tempat itu tapi kamampuan mereka merentang terbatas." Okabe mengatakan WFP telah mengirim dua penerbangan bantuan pada hari Sabtu sementara pembicaraan berlanjut dengan junta militer mengenai cara pendistribusian bantuan. WFP pada hari Jumat mengatakan mereka telah menunda penerbangan setelah pemerintah Myanmar menyita pasokan pangan yang dikirim ke Bandara Yangon. (*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008