Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikt (AS) di pasar spot antar-bank Jakarta pada Rabu sore hampir mencapai angka Rp9.300 per dolar AS, karena pelaku pasar makin memburu dolar AS menjelang pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). "Aksi demo mahasiswa yang berlanjut menimbulkan kekhawatiran pelaku pasar, dan mendorong mereka untuk terus membeli dolar AS," kata Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, di Jakarta, Rabu. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah 37 poin menjadi Rp9.295/9.310 per dolar AS dibanding penutupan sehari sebelumnya Rp9.258/9.277. Ia mengatakan, rupiah kemungkinan akan terus melemah hingga jauh di atas Rp9.300 per dolar AS, namun Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan masuk pasar. BI akan melakukan intervensi untuk mencegah rupiah terpuruk lebih jauh, apalagi BI mempunyai cadangan devisa yang cukup besar, ucapnya. Rupiah untuk sementara ini akan berada di bawah tekanan pasar dan tekanan itu akan semakin besar apabila harga minyak mentah dunia kembali bergejolak. Apalagi, pasar eksternal juga cenderung menekan rupiah, seperti pasar saham regional yang melemah akibat merosot bursa Wall Street, tuturnya. Menurut dia, rencana kenaikan harga BBM senilai 30 persen akan menimbulkan berbagai dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional yang semula ditargetkan di atas 6 persen akan turun menjadi di bawah enam persen. Kondisi tersebut pada gilirannya akan menekan daya beli masyarakat semakin berkurang, akibatnya, banyak investor asing yang akan mengalihkan dananya ke pasar lain, ujarnya. Saat ini investor asing masih bermain di pasar domestik, akibat selisih tingkat suku bunga rupiah terhadap dolar AS yang tinggi. Namun, ia menilai, apabila pertumbuhan ekonomi nasional terus melemah, maka kemungkinan besar mereka akan mencari pasar baru yang lebih menarik. (*)

Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008