Kendari (ANTARA News) - Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra), H Nur Alam, SE di Kendari, Rabu, meluncurkan buku Jurnalisme dan Humanisme. Peluncuran buku karya Fredrich C Kuen, MSi yang juga Kepala Perum Kantor Berita Indonesia ANTARA Biro Kendari dihadiri jajaran Muspida Sultra, Wakil Walikota Kendari, Musadar Mappasomba, SP MP, para ketua organisasi wartawan, para Pimpinan Redaksi media cetak dan elektronik lokal dan wartawan. Gubernur Sultra, Nur Alam mengharapkan buku Jurnalisme dan Humanisme dibaca dan diaplikasikan dalam kerja kewartawanan sehari-hari. "Siapa pun dan apa pun profesi seseorang membaca buku adalah penting. Dengan membaca dapat memperkaya pengetahuan atau menjadi tahu dari tidak tahu," kata Gubernur Nur Alam. Gubernur Sultra yakin bahwa buku Jurnalisme dan Humanisme sangat berarti bagi wartawan dan siapa pun yang ingin menambah ilmu tentang kewartawanan. "Saya belum baca tuntas buku ini tetapi di dalamnyai ada ulasan tentang ketentuan profesi wartawan. Oleh karena itu, dibaca dan diterapkan dalam menjalankan tugas kewartawanan," kata Nur Alam yang juga Ketua DPW PAN Sultra. Wakil Walikota Kendari, Musadar Mappasomba yang tampil sebagai komentator buku mengatakan, manusia selalu dituntut berkarya untuk orang lain. "Manusia yang bermanfaat adalah manusia yang berkarya untuk orang lain, bukan hanya untuk dirinya sendiri," kata Musadar. Fredrich Kuen mengungkapkan, ide pembuatan buku Jurnalisme dan Humanisme berawal dari keinginan untuk saling berbagi pengalaman dan pengetahuan dengan sesama wartawan, terutama agar dalam kerja jurnalistik sehari-hari mampu menghindarkan diri dari terjadinya Delik Pers, serta sedapat mungkin melakukan pemberitaan dengan membudayakan "positive jurnalism". Menurut Fredrich yang juga Wakil Ketua PWI Sultra, reformasi yang terjadi di tanah air membuat gerak pers memiliki kebebasan yang luas, namun bukan berarti tanpa batas, sebab ada Kode Etik Jurnalistik (KEJ)yang disepakati bersama kalangan wartawan. Selain itu, ada Undang-undang nomor 40 tahun 1999 tentang pers dan yang paling penting, pers bekerja dengan hati nurani, sehingga walau tidak ada lagi lembaga sensor, namun wartawan yang baik tetap harus memiliki "self sencoring" yang dengan hati nuraninya mampu melakukan kontrol diri dan menyatakan suatu berita layak atau tidak layak siar. Pada peluncuran buku setebal 162 halaman yang dicetak oleh PT Gramedia Jakarta, Fredrich Kuen memberikan secara gratis 300 eksamplar buku tersebut kepada seluruh wartawan di Sultra yang ditandai penyerahan secara simbolis oleh Gubernur Nur Alam kepada Ketua PWI Sultra, Ketua AJI Kendari dan Ketua PWI Reformasi Sultra.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008