Pontianak (ANTARA News) - Tingginya harga avtur membuat maskapai penerbangan harus melakukan berbagai penyesuaian dan efisiensi supaya dapat tetap beroperasi hingga enam bulan mendatang. "Kalau tidak, bisa-bisa enam bulan lagi bisa tidak terbang," kata Kepala Cabang PT Metro Batavia, pengelola Batavia Air, Yunan Ismail di Pontianak, Kamis. Ia mengatakan, mulai 1 Mei lalu harga avtur sudah mencapai Rp9.600 per liter naik dibanding bulan sebelumnya yang masih di kisaran Rp8.000-an. Ia khawatir harga avtur akan "tembus" mencapai Rp12 ribu per liter. "Sulit untuk kita kalau harga avtur mencapai angka Rp12 ribu," katanya. Setiap pesawat yang melayani rute Jakarta - Pontianak pulang pergi, harus membeli 10 ribu liter avtur. "Rp100 juta saja untuk bahan bakar, belum lagi pengeluaran lainnya," kata Yunan Ismail. Pihak maskapai akhirnya tidak lagi menjual tiket dengan harga di bawah Rp500 ribu untuk satu kali keberangkatan dari dan ke Pontianak melalui Bandar Udara Supadio. "Sekarang Rp500 ribu hingga Rp600 ribu per orang untuk satu kali keberangkatan," kata Yunan Ismail. Padahal sebelumnya Batavia Air masih "berani" menjual tiket seharga Rp350 ribu per orang. Menurut Yunan Ismail, pemerintah sebenarnya menetapkan harga tiket untuk rute Jakarta - Pontianak dan sebaliknya di kisaran Rp700 ribu. Namun, karena gencarnya persaingan maskapai penerbangan membuat Batavia menjual tiket hingga 50 persen lebih rendah dari ketetapan tersebut. Metro Batavia berencana akan mengurangi frekuensi penerbangan rute Jakarta - Pontianak dan sebaliknya dari enam kali sehari menjadi empat kali. "Tingkat isian mulai menurun, hanya 70 persen padahal biasanya 80 hingga 90 persen. Ini mulai terasa sejak 1 Mei lalu dan setelah `peak season`," kata dia. Ia menduga hal itu dipengaruhi daya beli masyarakat yang berkurang karena pengaruh kenaikan harga kebutuhan pokok. Kalangan menengah ke bawah yang dulu dapat menikmati perjalanan menggunakan pesawat terbang, kini semakin sulit ditemui. "Hanya kalangan menengah ke atas yang dapat menggunakan pesawat terbang," katanya. Kenaikan harga BBM diperkirakan juga akan semakin mempengaruhi tingkat isian penumpang. Batavia Air "menguasai" jalur penerbangan dari dan ke Pontianak karena juga melayani kota-kota tujuan selain Jakarta seperti Batam, Medan, Kuching dan Yogyakarta, yang tidak dilakukan maskapai lainnya. Sementara Manajer Pemasaran dan Penjualan Garuda Indonesia Cabang Pontianak, Dewa Rai mengatakan, Garuda tidak akan mengurangi frekuensi penerbangan dari dan ke Pontianak. "Program penambahan frekuensi penerbangan dari satu kali menjadi tiga kali satu hari tetap dilakukan," katanya. Garuda Indonesia melakukan langkah-langkah untuk efisiensi secara internal serta menekan biaya yang dianggap dapat dihemat atau dikurangi misalnya promosi. Selain itu, Garuda Indonesia menyosialisasikan ke calon penumpang untuk tidak membawa barang bawaan yang melebihi kapasitas jatah bagasi karena mempengaruhi bahan bakar yang digunakan. "Pelayanan kepada penumpang maupun keselamatan penerbangan tetap maksimal," kata Dewa Rai.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008