Jakarta, (ANTARA News) - Wakil Presiden M Jusuf Kalla mengaku proses awal perundingan damai antara RI dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dimulai di kanal-kanal kota Amsterdam, Belanda. "Pertama kali kami bertemu justru di Amsterdam. Kami malam hari keliling kanal-kanal di Amsterdam. Saya hanya ingin tahu 'feeling', apa kemauan GAM," kata Wapres M Jusuf Kalla saat peluncuran buku "Damai di Aceh" di Jakarta, Jumat. Kalla saat itu masih menjabat sebagai Menko Kesra. Ketika itu dia berangkat ke Havana, Kuba, kemudian menuju Amsterdam. Pertemuan di kota tersebut hanya dengan utusan GAM dan tidak dengan Perdana Menteri GAM Tengku Malik Mahmud. "Saya jabat tangan dan bilang kita sudah perang 30 tahun, dan kita siapkan perang 100 tahun. Tapi ingat perangnya di Aceh. Jadi korbannya orang Aceh," kata Wapres. Menurut Kalla, pernyataannya itu membuat utusan GAM akhirnya mau berbicara. Kalla mengaku sangat sulit bertemu PM GAM, Malik Mahmud. Namun, proses perundingan terus dipersiapkan dan beberapa kali dilakukan pertemuan dengan utusan GAM di Malaysia. "Saya baru bicara dengan pak Malik Mahmud melalui telepon, setelah perundingan ketiga. Jadi hanya lewat telefon dan tidak pernah bertemu muka," kata Wapres. Dia mengatakan, perundingan damai harus selalu dilakukan dengan lima kali pertemuan. Kalla mengatakan, perundingan pertama pasti berisikan "maki-maki", perundingan kedua, berisi substansi masalah, perundingan ketiga membicarakan setengah substansi, perundingan keempat untuk meralat dan perundingan kelima mencapai kesimpulan. (*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008