Ngawi (ANTARA News) - Tingkat kecelakaan lalu lintas di jalur "tengkorak" Ngawi-Solo cukup tinggi, hanya dalam waktu kurang dari lima bulan yaitu mulai bulan Januari hingga pertengahan bulan Mei 2008, jumlah kecelakaan yang terjadi di jalur tersebut mencapai 110 kejadiaan dan 40 di antaranya merenggut korban jiwa. Kepala Satuan Lalu Lintas Polres Ngawi, AKP Eny Mardiasri, Minggu, mengatakan dari 40 korban yang tewas, satu di antaranya artis yang juga politikus Sophan Sophiaan yang meninggal dunia pada saat mengikuti tur motor gede (moge) "Jalur Merah Putih" di Desa Planglor, Kecamatan Kedunggalar, Ngawi, Jatim, Sabtu (17/5). "Khusus untuk Mei saja, jumlah orang yang meninggal dunia di jalur tengkorak Ngawi-Solo akibat kecelakaan mencapai empat orang, termasuk Sophan Sophiaan," katanya saat dikonfirmasi. Menurut dia, tingginya tingkat kecelakaan dijalur tengkorak Ngawi-Solo disebabkan beberapa hal, antara lain banyaknya jalan yang rusak dan bergelombang. Selain itu, kecelakaan terjadi akibat tingginya frekuensi kendaraan yang lewat di jalur perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah tersebut. Berdasarkan data yang ada di Satlantas Polres Ngawi, tingkat kecelakaan yang terjadi terus mengalami peningkatan cukup signifikan. Dari 110 kecelakaan yang terjadi hingga pertengahan bulan Mei 2008, mayoritas didominasi kecelakaan kendaraan roda dua. "Jalan rusak dan bergelombang menjadi faktor utama terjadinya kecelakaan di wilayah kabupaten Ngawi. Selain jalur Ngawi-Solo, jalur rawan kecelakaan adalah Ngawi-Caruban dan Ngawi-Madiun," imbuhnya. Lebih lanjut ia menjelaskan, guna menekan tingkat kecelakaan, pihaknya telah memperbanyak rambu-rambu lalu lintas di sepanjang jalur tengkorak. Selain itu, Satlantas Polres Ngawi juga menambah personel patroli yang ditempatkan di wilayah yang rawan kecelakaan. Jalur Ngawi-Solo yang paling rawan kecelakaan antara lain wilayah Sidowayah, Jengrik, Planglor untuk untuk kecamatan Kedunggalar. Sedangkan wilayah kecamatan Mantingan meliputi wilayah Kedungpring, Mantingan. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008