Hong Kong (ANTARA) - Para pengunjuk rasa telah mempersiapkan aksi protes antipemerintah dengan kembali menjadikan bandara udara Hong Kong sebagai sasaran. 

Sementara itu, para demonstran pada Jumat saling berpegangan tangan membentuk "Rantai Baltik (Baltic Chain)" dalam rangkaian aksi unjuk rasa, yang telah berlangsung hampir tiga bulan dan belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir.
 
Bandara itu, yang dapat ditempuh dengan menggunakan kereta atau kendaraan, terpaksa tutup pekan lalu ketika para pengunjuk rasa, yang membuat rintangan dengan troli, penghalang metal dan benda-benda lain, bentrok dengan polisi.

Kantor Urusan China yang menangani Hong Kong mengecam kegiatan-kegiatan itu, yang disebutnya seperti "aksi yang mendekati ulah teroris".

"Pergilah ke bandara dengan transportasi berbeda, termasuk bus bandara MTR, taksi, kendaraan pribadi dan kendaraan roda dua untuk meningkatkan tekanan atas transportasi bandara," kata para penyelenggara dalam seruan mereka melalui media daring pada Jumat.
 
Otoritas Bandara menyiarkan pengumuman setengah halaman di surat-surat kabar yang berisi desakan kepada para pemuda untuk "mencintai Hong Kong". Otoritas juga menyatakan pihaknya menentang aksi untuk menghalangi bandara itu, dan menambahkan akan tetap bekerja untuk menjaga kegiatan penerbangan berjalan mulus.

Baca juga: 200 penerbangan dari dan ke Hong Kong dibatalkan

Baca juga: Cathay Pacific tangguhkan penjualan tiket di Bandara Hong Kong


Mahkamah Tinggi Hong Kong memperpanjang perintah larangan protes di bandara. Sejumlah pegiat telah meminta maaf atas kericuhan di bandara pekan lalu.
Para penentang pemerintah meminta maaf atas bentrokan malam sebelumnya dengan polisi di bandara di Hong Kong, China. Gambar diambil pada 14/8/2019. (ANTARA/REUTERS/THOMAS PETER/TM)


Serangkaian protes berlangsung pada Jumat, termasuk pawai yang dilakukan para akuntan dengan pola "Rantai Baltik". Para pemrotes berpegangan tangan di seluruh distrik berbeda sementara yang lainnya memegang spanduk-spanduk yang berisi ucapan terima kasih kepada negara-negara asing atas dukungan mereka pada "kebebasan dan demokrasi" di Hong Kong.

"Banyak bos tak tergerak untuk berpolitik. Namun, politik datang kepada Anda bahkan ketika Anda berusaha menghindarinya," kata Kenneth Leung, seorang anggota parlemen kota, kepada para akuntan yang mengikuti pawai.
Para pengunjuk rasa berpegangan tangan membentuk rantai manusia dalam demonstrasi, untuk mendesak pelaksanaan reformasi, di Avenue of Stars in Hong Kong, China, Kamis (22/8/2019).  (ANTARA/REUTERS/THOMAS PETER/TM)

"Kita sudah biasa masuk peringkat sebagai ekonomi paling bebas di dunia selama hampir 20 tahun. Dapatkah kita mempertahankan peringkat itu? Tidak, Itu sudah berlalu. Nilai-nilai inti kita ialah integritas dan kejujuran. Kita perlu menganut nilai-nilai inti internasional."

Pada 1989, sekitar dua juta orang berpegangan tangan di seluruh negara Baltik sebagai protes terhadap pemerintahan Soviet. Gerakan itu menjadi terkenal sebagai "Cara Baltik (Baltic Way) atau Rantai Baltik (Baltic Chain)".

Sumber: Reuters

Baca juga: Otoritas: Bandara Hong Kong hentikan layanan 'check-in'

Baca juga: Bandara Hong Kong kembali dibuka pascabentrokan

 

Presiden Ingatkan WNI di Hong Kong Amalkan Pancasila

Penerjemah: Mohamad Anthoni
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2019