Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah, Kamis pagi, turun 25 poin ke posisi Rp9.317/9.322 per dolar AS, karena pelaku pasar terus memburu dolar AS menyusul melesatnya harga minyak mentah dunia ke rekor tertinggi baru "Kenaikan harga minyak mentah dunia yang mencapai 135 dolar AS per barel (sebelumnya 130 dolar) merupakan alasan utama bagi pelaku pasar untuk membeli dolar," kata Direktur Retail Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, di Jakarta, Kamis. Menurut dia, pelaku pasar membeli dolar AS untuk memenuhi kebutuhan dalam pembelian minyak mentah dari luar, karena peluang untuk kembali naik masih sangat besar. Ia mengatakan, rupiah diperkirakan akan bisa mendekati angka Rp9.400 per dolar AS, karena sentimen negatif yang muncul cukup kuat menekan rupiah. Memburuknya pasar regional akibat merosotnya bursa Wall Street juga memberikan pengaruh negatif pasar, meski pemerintah saat ini akan melantik Boediono sebagai Gubernur BI menggantikan Burhanuddin Abdullah. Pasar optimis atas pengangkatannya yang akan dilaksanakan di Mahkamah Agung, karena kredibilitasnya yang tinggi dan mempunyai pengalaman luas yang memberikan kepercayaan terhadap pasar, tuturnya Untuk saat ini, pelantikan Boediono tidak ada respon, karena ini hanya merupakan pelantikan dan serah terima jabatan, tapi ke depan harus dilihat apakah program yang dilaksanakan cukup brillian. Boediono mempunyai program kerja yang bagus dan kebijakannya itu diharapkan akan dapat mendorong ekonomi nasional membaik. Tantangan utama Boediono adalah inflasi yang tinggi, ucapnya. Rupiah pada sore nanti diperkirakan tetap melemah di atas angka Rp9.300 per dolar AS, karena perburuan mata uang asing itu masih tinggi. Apalagi aksi demo mahasiswa menolak kenaikan harga BBM masih terjadi, yang membuat pelaku lebih cenderung membeli dolar AS. Sementara itu, dolar AS terhadap euro melemah mencapai 1,5802 akibat keluarnya data sentimen bisnis German dan juga menguat harga minyak mentah dunia yang diperkirakan akan bisa mencapai 141 dolar AS per barel. (*)

Copyright © ANTARA 2008