Bandung,(ANTARA News) - Kelompok pencinta alam Wanadri Bandung akan mendirikan Rumah Sakit Khusus Gawat Darurat (RSKGD) pertama di Indonesia. Rumah sakit yang khusus disiapkan khusus untuk mengatasi kondisi darurat tu akan didirikan di kawasan Jatinangor Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. "Wilayah Indonesia merupakan daerah rawan bencana alam, saat ini belum ada RS khusus gawat darurat, sehingga RS yang akan dibangun ini diharapkan bisa mengatasi kebutuhan itu," kata Koordinator Pembangunan RSKGD dr. Tri Wahyu, Kamis. Dia mengemukakan hal tersebut di sela-sela penyambutan petualang dirgantara, Saleh Sudradjat, di Lanud Husein Sastranegara Kota Bandung, Kamis. Untuk membangun rumah sakit khusus itu, Wanadri mendapat lahan tanah seluas lima hektar dari Pemprov Jawa Barat. Peletakan batu pertama pembangunan RS Gawat Darurat itu akan dilakukan pada hari Minggu (25/5) oleh Gubernur Jawa Barat H Danny Setiawan dan Keluarga Besar Wanadri. Tri Wahyu yang juga anggota Wanadri itu menyebutkan, konsep pendirian RS Khusus Gawat Darurat itu terinspirasi dari keberadaan Emergency Hospital di Jepang. Baik Indonesia maupun Jepang, kata Tri sama-sama merupakan wilayah rawan bencana alam terutama gempa bumi. Selain pertolongan emergensi atau gawat darurat, RS Khusus Gawat darurat juga difungsikan untuk melayani korban kecelakaan lalu lintas. "RS gawat darurat selain mengatasi korban bencana alam, juga berfungsi korban lalu lintas yang cenderung meningkat di Indonesia," katanya. Untuk memperkuat posisi sebagai RS Khusus Gawat Darurat, rumah sakit yang akan segera dibangun itu akan dilengkapi dengan satu Tim Armada Ambulans yang siap melakukan evakuasi. "Tim ambulan akan mendapat prioritas. Saat ini jumlah ambulans untuk darurat jumlahnya terbatas. Tim ambulans itu akan dilengkapi dengan peralatan kedaruratan," katanya. Sementara itu Sekda Jawa Barat, Leks Laksamana menyatakan pemprov Jabar siap mendukung pendirian RS Khusus Gawat Darurat pertama di Indonesia itu. "Pemprov Jabar tidak akan tinggal diam dan mendukung rencana itu," kata Leks Laksamana.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008