Niamey (ANTARA News) - Pasukan Niger melancarkan satu serangan besar-besaran terhadap pemberontak Tuareg, persis ketika negara tetangganya di Mali berusaha mengakhiri pertumpahan darah, setelah pertempuran seru antara kelompok itu dan pasukannya awal pekan ini. Operasi baru oleh pasukan Niger itu termasuk aksi besar pertama dalam dua bulan menewaskan 11 pemberontak dan sejumlah besar amunisi disita, demikian pernyataan kementerian pertahanan Nigeria yang dikutip AFP. Operasi itu dilakukan di kota Ifereouane di bagian utara negara itu, dan kementerian itu hanya menyiarkan berita serangan hari Jumat, sehari setelah serangan terhadap pemberontakan Gerakan Rakyat Niger untuk Keadilan (MNJ). Aksi itu dilakukan setelah bentrokan senjata antara pemberontak Tuareg dan pasukan pemerintah di Mali , Rabu di mana 15 tentara dan tujuh pemberontak tewas. Baku-baku tembak di utara Mali di perbatasan dengan Aljazair ini, adalah yang paling seru untuk beberapa waktu dan memicu Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (Sesjen PBB), Ban Ki moon, mengeluarkan sebuah pernyataan pada Kamis guna menyatakan kecemasannya. Duta Besar (Dubes) Aljazair untuk Mali, yang juga menengahi konflik antara pemerintah dan pemberontak itu, menghubungi kedua pihak dalam usaha memulai kembali perundingan-perundingan perdamaian, kata sumber sumber yang dekat pada presiden Mali kepada AFP. Presiden Mali, Amadou Toumani, menekankan pentingnya kedua pihak menghormati perjanjian perdamaian yang ditandatangani di Aljirs tahun 2006. Seorang anggota tim pemimpin pemberontak Ibrahim Ag Bahanga mengkonfirmasikan kepada AFP, Jumat ia telah dihubungi melalui telepon dengan dubes Aljazair Abdelkrim Gheraieh. Akan tetapi, Presiden Niger, Mamadou Tandja, menolak berunding dengan MNJ, yang para pemimpinnya dianggap dia sebagai bandit-bandit dan pedagang obat bius. "Badit-bandit bersenjata itu sedang ditumpas, mereka tidak menguasai daerah itu," kata juru bicara pemerintah, Mohamed Ben Omar. Tetapi,

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008