Luwuk (ANTARA News) - Sekalipun sejak Sabtu pukul 00:01 waktu setempat pemerintah sudah memberlakukan harga baru BBM jenis premium, solar, dan minyak tanah bersubsidi, namun ternyata tak mempengaruhi kondisi antrian kendaraan di SPBU (stasiun pengisian bahan bakar umum) dalam kota Luwuk, ibukota Kabupaten Banggai. Ratusan kendaraan, termasuk dumptruk dan tronton pengangkut petikemas milik perusahaan besar, serta bus angkutan umum dan pribadi hingga Sabtu siang terlihat masih antri di tiga SPBU yang ada di ibukota kabupaten pada bagian timur Provinsi Sulawesi Tengah ini. Antrian kendaraan-kendaraan berbahan bakar solar itu mulai berlangsung sejak pagi hari mulai dari halaman SPBU hingga mencapai ratusan meter ruas jalan di sekitarnya menunggu giliran mengisi BBM. Kondisi semacam ini sudah terjadi kurun dua pekan terakhir. Menurut sejumlah pengemudi truk, harga baru untuk solar bersubsidi yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp5.500 itu, masih jadi rebutan pemilik dan sopir kendaraan besar. "Masalahnya masih jauh lebih murah dibanding harga industri sebesar Rp11.000 per liternya," tutur Rudi, pekerja pada sebuah perusahaan besar yang mengemudikan dumptruk saat ditemui antri di SPBU jalan MT Haryono Luwuk, Sabtu. Banyaknya kendaraan besar antri di SPBU dan sudah berlangsung berhari-hari itu, dikeluhkan sejumlah pengemudi bus angkutan umum. "Mestinya polisi yang berjaga-jaga di sekitar SPBU melarang kendaraan perusahaan membeli solar, sebab mereka seharusnya menggunakan solar dengan harga industri yang dibeli langsung di Depot Pertamina," keluh Anto, sopir bus angkutan pedesaan yang melayani trayek Luwuk-Toili. Menurut dia, pemerintah sebelumnya sudah menegaskan bahwa BBM bersubsidi seperti yang dijual di SPBU hanya diperuntukan bagi alat transportasi umum dan kendaraan masyarakat, bukan untuk para pengusaha besar. Tapi, katanya, karena tidak adanya pengawasan, kendaraan angkutan umum akhirnya dirugikan, sebab banyak di antara mereka yang sudah antri berjam-jam tidak kebagian solar karena SPBU keburu tutup karena alasan kehabisan stok. Berdasarkan pantauan di tiga SPBU yang ada di Kota Luwuk, BBM jenis solar sudah habis terjual sejak pukul 12:00, padahal pelayanan pengisian baru dimulai sejak pukul 09:30 waktu setempat. Berbeda dengan solar, antrian panjang kendaraan yang hendak mengisi BBM jenis premium di tiga SPBU tersebut justru tidak lagi terlihat sejak Sabtu pagi, sehingga pelayanan berjalan lancar. Rebutan premium dengan harga jual Rp4.500/liter di kota Luwuk berakhir pada Jumat malam sekitar pukul 21.00, seiring dengan habisnya stok di SPBU setempat. Sementara itu, harga premium yang dijual pedagang eceren di pinggiran kota ini sejak Sabtu melonjak drastis menjadi Rp7.000 dari harga sehari sebelumnya Rp5.000 per botol (ukuran satu liter). Sedangkan di ibukota kecamatan pinggiran kota Luwuk, seperti Mamasa, harga jual premium eceran sudah mencapai Rp8.000 per botol. Tarif jasa ojek naik Kenaikan harga BBM yang berlaku sejak Sabtu diri hari itu, juga mendorong para tukang ojek sepeda motor setempat menaikkan tarif jasa angkutannya. Bila sebelumnya, untuk bepergian di dalam kota Luwuk menggunakan jasa tukang ojek, warga cukup membayar Rp2.000, kini sudah dinaikkan menjadi Rp3.000 hingga Rp5.000 untuk sekali antar. Sedangkan untuk sewa jasa angkutan ke pinggiran kota, seperti ke RSUD Luwuk atau Terminal Boyou, mereka meminta bayaran Rp4.000 sampai Rp6.000, tergantung jaraknya. "Kami terpaksa menaikkan tarif jasa, karena harga bensin sudah naik lebih 30 persen," tutur Manto, tukang ojek yang berdomisili di Kelurahan Simpong.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008