Tokyo (ANTARA News) - Sri Sultan Hamengkubuwono X menilai meluasnya aksi unjuk rasa mahasiswa di tanah sir, termasuk di Yogyakarta, menentang kebijakan pemerintah yang menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) memerlukan penjelasan yang jujur dan logis kepada rakyat. "Penjelasan yang disampaikan kepada rakyat oleh para petinggi negara tidak logis dan memakai ukuran yang sepertinya mengakali publik. Penjelasannya tidak memuaskan rakyat," kata Sri Sultan saat menyampaikan sambutannya dalam acara silaturahmi dengan jajaran staf KBRI Tokyo di Wisma Duta, tempat kediaman resmi dubes RI di Tokyo, Sabtu. Penuturan tersebut disampaikan Sultan sebagai jawaban atas permintaan Dubes Jusuf Anwar yang berharap Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta itu memberikan informasi terakhir soal kondisi di tanah air. Menurut Sultan, rakyat sepertinya dibebankan persoalan yang luar biasa beratnya, mulai dari kenaikan harga pangan yang belum lama dialami, namun kini sudah ditambah lagi dengan kenaikan harga BBM. Rakyat belum mampu menyesuaikan diri dengan masalah pangan kini sudah harus menghadapi persoalan berikutnya. Pemerintah tidak peka, seenaknya Ia melihat pemerintah sepertinya tidak memiliki kepekaan terhadap masalah yang sedang dihadapi rakyat Indonesia. Belum lagi soal bertambahnya jumlah rakyat miskin akibat kenaikan BBM. Penjelasan atas kebijakan yang diambil, katanya, juga terkesan seenaknya saja dengan memberikan alasan kepada rakyat dengan hitungan-hitungan yang sebetulnya membingungkan rakyat. Ia lantas mencontohkan soal penyebutan kelompok masyarakat golongan miskin oleh Badan Pusat Statistik yang memakai indikator tertentu, namun sebetulnya tidak tepat. Sultan khawatirkan meluasnya unjuk rasa mahasiswa, rakyat Lebih jauh Sultan ternyata juga memantau aksi mahasiswa yang kian meluas, termasuk di Yogyakarta. Soal aksi unjuk rasa ini, Sultan mulai mengkhawatirkan akan mendapat dukungan dari kelompok sosial lainnya di masyarakat, seperti para sopir, dan golongan lainnya yang merasa nasibnya semakin menderita. Apa yang dilakukan mahasiswa, menurutnya, bisa menarik simpati dari kelompok masyarakat lainnya dan kemudian bergabung bersama-sama dengan para mahasiswa. Jika ini terjadi eskalasi persoalannya juga akan semakin luas. Ia pun meminta jajaran aparat keamanan agar bertindak bijaksana dalam menangani aksi unjuk rasa mahasiswa, serta sekali lagi meminta petinggi pemerintah yang terkait masalah tersebut memberikan penjelasan yang jujur dan logis. Selama di Jepang Sultan yang didampingi Bupati Gunung Kidul, Bupati Kulon Progo, Bupati Sleman, dan Walikota Yogyakarta, juga akan mengunjungi Osaka, Kobe dan Kyoto, sekaligus bertemu dengan para gubernur ketiga kota itu. Rombongan itu juga akan menggelar dialog pariwisata dengan komunitas bisnis dan industri penerbangan untuk mempromosikan Yogyakarta. Di Osaka, Sultan akan menyampaikan terimakasih atas sumbangan jembatan bekas yang diberikan ke Yogyakarta, sedangkan di Kobe rombongan akan mempelajari manajemen gempa, termasuk penanganan korban trauma akibat mengalami bencana alam. Sedangkan di Kyoto, Sultan akan melakukan pembicaraan khusus dengan Gubernur Kyoto untuk membahas program kerja dua tahunan dari kedua kota budaya tersebut, mengingat kerjasama "sister city` yang sudah memasuki tahun ke-25 (bukan yang ke-22, red)(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008