Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perdagangan (Mendag), Mari Elka Pangestu, mengatakan bahwa harga bahan pokok di Propinsi DKI Jakarta, pada hari Senin (26/5) rata-rata naik 0,5 persen, sedangkan beras naik sekitar 3 persen. "Informasi kami peroleh rata-rata bahan pokok naik setengah persen di Jakarta," kata ungkap Mendag Mari Elka Pangestu di Jakarta, Senin. Khusus komoditas beras, harganya mencatat kenaikan tertinggi di antara komoditas yang lain, namun belum tentu karena karena kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). "Beras naik sebagai dampak dari kenaikan harga pembelian pemerintah (HPP) gabah dan beras, serta akan berakhirnya musim panen," kata Mari. Pemerintah pada Jumat (23/5) malam mengumumkan kenaikan harga BBM rata-rata 28,7 persen yang mulai berlaku Sabtu (24/5) pukul 00.00 WIB. Terkait keputusan tersebut Mari menjelaskan, pemerintah akan terus memantau perkembangan harga barang di pasar, terutama di pasar tradisional. "Pemantuan hanya pasar tradisional, sedangkan pasar modern biasanya harga justru lebih stabil karena stok disimpan untuk waktu lama dan mereka biasanya membeli dengan volume besar," katanya. Menurutnya, pola pemantauan harga dilakukan dengan melakukan inspeksi mendadak (sidak) untuk mengetahui apakah dampak kenaikan transportasi sama dengan perkiraan pemerintah yaitu sebesar 10 hingga 20 persen. "Kajian pemerintah bahwa bila transportasi naik sebesar 10-20 persen, maka harga barang akan naik berkisar 1 persen 5 persen," ujarnya. Mengacu pada pengalaman pada tahun 2005 ketika pemerintah menaikkan BBM rata-rata 30 persen, harga produk makan melonjak hingga 33 persen. "Bila biaya transportasi naik 10 hingga 20 persen, kenaikan harga barang hanya berkisar 1 hingga 5 persen. Jika lebih dari itu, maka akan dicarikan penyebab lain dari kenaikan harga tersebut selain dari biaya produksi," ujarnya. Terkait dengan kenaikan harga beras berkisar tiga persen di pasar DKI Jakarta, Mari menjelaskan, pemerintah akan mengatasinya dengan operasi pasar. "Akan kita pantau, jika harga beras naik di atas 25 persen, maka Bulog dengan instrumennya langsung melakukan operasi pasar. Namun, untuk barang lainnya kita tidak punya mekanismennya," katanya menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008