Pontianak (ANTARA News) - Tim Peneliti Badak Taman Nasional Ujung Kulon dan WWF- Indonesia mendapatkan sejumlah rekaman gambar induk Badak Jawa beserta anaknya melalui video kamera jebakan yang dipasang satu bulan sebelumnya. Adhi R Hariyadi, Manajer Lapangan WWF-Indonesia di Taman Nasional Ujung Kulon, dalam keterangan tertulis di Pontianak, Kamis menyatakan, rekaman gambar video itu adalah rekaman gambar bergerak pertama dari Badak Jawa yang berhasil didapatkan dengan menggunakan teknologi video kamera jebakan. Dalam rekaman tersebut, induk badak mengamati kamera video secara seksama sebelum kemudian menyeruduknya hingga terpental. Kamera kemudian ditemukan dalam kondisi tergeletak di tanah tak jauh dari tempatnya semula dipasang, dengan kondisi dan fungsi yang baik. Adhi R Hariyadi menyatakan, insiden itu amat kecil artinya dibanding hasil yang diperoleh mengingat Badak Jawa termasuk hewan yang langka dengan populasi sekitar 60 ekor. Badak Jawa termasuk satwa yang pemalu sehingga sangat sulit mendapatkan gambarnya sehingga penggunaan teknologi video jebakan sangat membantu untuk mempelajari perilaku dan dinamika populasi Badak Jawa dengan lebih detil dibanding kamera biasa. Sebelum video jebakan dioperasikan pada Maret, WWF dan mitra di Taman Nasional Ujung Kulon telah menggunakan "camera trap" (yang menghasilkan gambar tidak bergerak) untuk mempelajari kehidupan mamalia bercula satu tersebut. Video lain yang terekam sejak Maret mencakup gambar induk Badak Jawa serta anaknya yang sedang berkubang di lumpur, dan beberapa gambar individu badak jantan. Agus Priambudi, Kepala Balai Taman Nasional Ujung Kulon menyambut baik temuan menggunakan video jebakan itu supaya dapat memperoleh informasi yang lebih lengkap tentang kehidupan dan perilaku Badak Jawa sehingga membantu mengurangi ancaman terhadap habitat dan populasinya. Ancaman tersebut diantaranya mencakup kompetisi habitat dengan banteng liar serta tumbuhnya Arenga obsitufolia yang membatasi pertumbuhan tumbuhan pakan Badak Jawa. Badak Jawa hanya ditemukan di dua tempat di dunia, dan populasi terbesar yaitu sekitar 60 ekor, atau lebih dari 90 persen populasi dunia, berada di Taman Nasional Ujung Kulon. Susie Ellis dari International Rhino Foundation mengatakan, identifikasi dengan menggunakan video jebakan seperti ini perlu terus dilakuan karena data yang dihasilkan sangat membantu mengetahui peranan masing-masing individu Badak Jawa di dalam populasinya. Menurut dia, keberhasilan mengidentifikasi individu tersebut sangat krusial terhadap suksesnya penetapan habitat kedua bagi Badak Jawa. Diantara lima spesies badak yang ada di dunia, Badak Jawa merupakan spesies yang paling langka dan dikategorikan sebagai "critically endangered" atau "sangat terancam" dalam Daftar Merah IUCN (IUCN Red List of Threatened Species).(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008