Bandarlampung (ANTARA News) - Aksi mogok makan menuntut pembatalan kebijakan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) sejak Senin (26/5) siang, awalnya dilakukan tujuh aktivis di Kampus Universitas Lampung (Unila), di Bandarlampung, hingga Kamis, hanya bertahan dua orang saja, setelah sebelumnya masih bertahan sebanyak lima orang. Aksi mogok makan itu dilakukan aktivis dari Front Rakyat Menggugat (FRM), dengan elemen LMND, SRMI, SPKL, SPN, UKMBS UBL, dan SEMA Lambar serta Fordima. Tuntutan mereka selain pembatalan kebijakan menaikkan harga BBM, juga menuntut segera melakukan pengambilalihan usaha pertambangan yang dikuasai pihak asing, dan penghapusan pembayaran hutang luar negeri. Menurut Koordinator Serikat Rakyat Miskin Indonesia (SRMI) Lampung, Eko Susanto, dari lima aktivis yang semula masih bertahan itu, pada Kamis sekitar pukul 15.00 WIB, tiga diantaranya mundur karena kondisi fisiknya tidak kuat lagi. Mereka adalah Dede Kurniawan, Asep Supriadi, dan Sugeng. Dua aktivis yang masih bertahan adalah Amir dan Dedi Tornando. Mereka bertekad akan bertahan mogok makan hingga tanggal 1 Juni 2008 mendatang. Tiga mahasiswa yang mundur itu, setelah sebelumnya kembali mendapatkan pemeriksaan kesehatan oleh para mahasiswa Kedokteran Unila yang mengkhawatirkan kondisi mereka. "Kebetulan ketiganya memiliki orangtua di Kabupaten Lampung Barat, sehingga kami tawari untuk dirawat di Rumah Sakit seperti satu rekan kami yang mogok makan sebelumnya. Tapi ketiganya menolak dan memilih beristirahat untuk memulihkan kondisi di sekretariat kami saja," kata Eko pula. Kamis malam ini, para aktivis FRM akan membicarakan kemungkinan akan ada satu aktivis yang menggantikan para aktivis yang telah mogok makan sejak Senin (26/5) lalu. "Kami akan bicarakan lagi kemungkinan itu, karena dari hasil pengecekan kesehatan atas kondisi fisik kawan-kawan yang masih bertahan mogok makan itu, diperkirakan hanya mampu bertahan hingga Jumat (30/5) siang," ujar Eko lagi. Mereka juga berencana menggelar lagi aksi unjukrasa dengan orasi dan membentangkan poster aspirasi dan tuntutan kepada pemerintah itu. "Tapi semuanya masih akan dilihat kondisi Jumat besok," kata dia pula.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008