Cilacap (ANTARA News) - Tiga terpidana mati kasus Bom Bali I yakni Amrozi, Mukhlas, dan Imam Samudra yang mendekam di Lembaga Pemasyarakatan Batu, Pulau Nusakambangan, Cilacap, mempertanyakan situasi terakhir pasca kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). "Mereka sempat bertanya apakah persoalan kenaikan harga BBM dikait-kaitkan dengan kasusnya," kata Koordinator Tim Pembela Muslim (TPM), Achmad Michdan, di Cilacap, Kamis, usai menjenguk kliennya tersebut. Menurut dia, Amrozi dan kawan-kawan (dkk) merasa prihatin terhadap hal tersebut karena masyarakat harus mendapat perhatian. Selain itu, kata dia, Amrozi dkk juga menyatakan mendapat mimpi yang sama yakni berjoget dan mendapat kunci. Disinggung mengenai pertemuan Amrozi dengan istrinya yang baru dirujuk kembali yakni Ria Rachmawati, dia mengatakan, TPM meminta kepada petugas Lapas Batu untuk menyediakan tempat khusus agar mereka bisa bertemu. "Kami minta agar mereka disediakan ruang khusus untuk bisa bertemu," kata dia menegaskan. Sementara mengenai perkembangan kasus tiga terpidana mati tersebut, dia mengatakan, kliennya bertanya apakah Peninjauan Kembali (PK) yang mereka ajukan ditolak. Menurut dia, hal itu terkait dengan pemberitaan di media massa yang menyatakan adanya penolakan PK oleh Pengadilan Negeri Denpasar. "Sebenarnya yang terjadi adalah PK I telah diajukan ke Mahkamah Agung (MA) sedangkan PK II yang kita ajukan dengan surat pencabutan PK I sehingga PN Denpasar menyampaikan jika semua tergantung MA," katanya. Dengan demikian, kata dia, saat ini persoalan PK berada di MA. Terkait dengan upaya hukum lain yang dilakukan, lanjutnya, TPM tetap mengajukan uji material terhadap tata cara hukuman mati yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. "Itu bukan berarti kita tidak sepakat dengan hukuman mati karena yang kita permasalahan yakni tata caranya yang tidak sesuai dengan ajaran Islam," katanya. Menurut dia, TPM mengharapkan uji material tersebut dapat disiapkan pada awal bulan Juni. Sementara mengenai kesiapan Amrozi dkk terhadap eksekusi, dia mengatakan, mereka justru menyatakan lebih baik mati syahid dengan berjihad melawan Amerika dan antek-anteknya daripada mati dengan cara dieksekusi. "Bahkan Amrozi menganjurkan jangan memilih hidup sekadar syahid, kalau berani kawin dengan berpoligami," katanya. Menurut dia, Amrozi kasihan terhadap gadis-gadis yang belum mendapatkan jodoh yang baik. Sementara itu putra pertama Amrozi dari pernikahannya dengan Ria Rachmawati, Yulia Mahendra menyatakan senang dengan rujuknya kedua orangtuanya. Selain itu, dia juga mengatakan jika ibundanya merasa senang setelah 20 tahun baru kali ini bisa bertemu kembali dengan Amrozi. "Ibu dan bapak merasa senang karena setelah 20 tahun baru sekarang bertemu dan bapak juga minta supaya saya menjaga ibu," katanya. Menurut dia, bersatunya kembali Amrozi dan Ria Rachmawati tersebut tidak lepas dari dukungan dirinya. "Saya ingin sekali bapak dan ibu bisa bersatu kembali sehingga dengan segala upaya bisa tercapai," kata dia menegaskan. Disinggung mengenai harapan Amrozi, dia mengatakan, ayahnya ingin bisa bebas dan kembali berkumpul dengan keluarga.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008