Bojonegoro (ANTARA News)- Dalam dua puluh tahun terakhir, sejumlah benda bersejarah temuan masyarakat di berbagai situs yang berada di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, raib. "Kami seringkali melacak informasi temuan benda bersejarah di situs yang tersebar di Bojonegoro, tetapi, setelah ditelusuri benda temuan itu sudah dijual, " kata Kepala Seksi (Kasi) Sejarah Nilai Tradisional dan Muskala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Bojonegoro, Dari Suprayitno, kepada ANTARA News, Rabu. Menurut dia, berbagai temuan benda bersejarah tersebut diantaranya ditemukan di situs Tegal Gong di Kecamatan Ngasem, situs Krewengan di Desa Ngunut, Kecamatan Dander, juga situs Jawik di Tambakrejo dan situs Mlawatan di Kalitidu. Sejumlah benda bersejarah yang pernah ditemukan masyarakat seperti guci kuno, bokor emas, uang logam emas dan uang gobak perak dijual lagi. "Kami kesulitan memperkarakan, karena tidak ada bukti, masyarakat yang menjual pernah menemukan," katanya dengan nada prihatin. Pencarian berbagai benda bersejarah yang ada di Bojonegoro di sejumlah situs, hingga sekarang ini masih terus berlangsung terutama di musim kemarau. Masyarakat melakukan pencarian benda bersejarah dengan menggali makam kubur kalang yang berhasil ditemukan untuk mendapatkan bekal kubur. Biasanya di dalam kubur kalang, bekal kubur yang berhasil ditemukan selain manik-manik, juga giwang atau perhiasan emas."Ini banyak ditemukan di wilayah selatan Bojonegoro, " katanya. Dia menjelaskan, benda bersejarah yang berhasil ditemukan di sejumlah situs di Bojonegoro yang memiliki nilai sejarah tinggi diantaranya yakni prasasti Adan-adan pada jaman Majapahit, gading gajah purba, juga satu set peralatan gamelan kuno yang sekarang ini disimpan di Museum Tantular, Surabaya. Disimpannya benda bersejarah tersebut, karena faktor perawatan juga ketika ditemukan Museum Rajekwesi yang lokasinya berada di Kantor Pendidikan Bojonegoro belum berdiri. Khusus prasasti Adan-adan yang ditemukan di Desa Mayangrejo Kecamatan Kalitidu, pada 2 Maret 1992, pihaknya pernah mengajukan kepada Museum Tantular untuk mendapatkan replika terdiri dari 17 lempengan logam tembaga yang berisi tulisan dalam bahasa Jawa Kuno. Permintaan untuk mendapatkan replika bersamaan dengan ditemukannya prasasti Adan-adan tersebut hingga sekarang ini belum dipenuhi. Alasan yang dilontarkan sebelumnya untuk penyimpanan prasasti Adan-adan di Museum Tantular adalah faktor perawatan. Sekarang dengan telah berdirinya Museum Rajekwesi di Bojonegoro, diharapkan agar prasasti Adan-adan aslinya dikembalkan lagi ke Bojonegoro untuk disimpan di Museum Rajekwesi. Dia menjelaskan di dalam sejarah Majapahit, prasasti Adan-adan (1223 Saka/1301 Masehi) merupakan prasasti keempat yang berhasil ditemukan di Indonesia. Tiga prasasti lainnya yakni prasasti Kudadu (1216 Saka/1294 Masehi), prasasti Sukamerta (1218 Saka/1296 Masehi) dan prasasti Balawi (1227 saka/1.305 Masehi). Di dalam kesimpulan peneliti Drs Mashi Suhadi dan Drs M.M.Sukarto, prasasti Adan-adan disebutkan tergolong paling lengkap, dibandingkan ketiga prasasti lainnya karena pada tiga prasasti yang mengambarkan kebesaran kerajaan Majapahit tersebut ada beberapa lempengan yang hilang, "Kami akan mempertimbangkan untuk meminta kembali benda bersejarah yang disimpan di Museum Tantular itu, " katanya menambahkan. (*)

Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008