New York,(ANTARA News) - Harga minyak melompat tinggi pada perdagangan Kamis waktu setempat atau Jumat pagi WIB, karena jatuhnya dolar AS terhadap euro dan masuknya kembali para investor menyusul penurunan tajam harga minyak pekan ini. Kontrak berjangka minyak utama New York, minyak mentah jenis "light sweet" untuk pengiriman Juli, melonjak 5,49 dolar AS menjadi ditutup pada 127,79 dolar AS per barrel. Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Juli, melompat 5,44 dolar AS menjadi mantap pada 127,54 dolar AS per barrel. Harga mendapat momentum pada akhir hari perdagangan, dengan lonjakan yang tak biasanya itu. Bart Melek dari BMO Capital Markets mengatakan kenaikan terjadi setelah komentar dari Bank Sentral Eropa (ECB) bahwa "dolar melemah lagi dan itu energi baru bagi komoditi-komoditi". Di pasar valuta asing, euro menguat menjadi 1,56 dolar AS, dibandingkan dengan 1,5440 dolar AS di New York pada akhir Rabu, karena Ketua ECB Jean-Claude Trichet memberikan kesan bahwa suku bunga dapat naik pada bulan depan -- berita buruk untuk mata uang AS, yang digunakan untuk harga kontrak minyak. Harga minyak telah jatuh sejak mencapai rekor puncak di atas 135 dolar pada Mei, namun masih berada pada level tinggi, dipicu meluasnya kekhawatiran internasional dan menyalanya tekanan inflasi. Pada Rabu, harga minyak menyusut di dukung oleh menguatnya dolar AS dan karena reaksi para investors terhadap kenaikan cadangan bahan bakar minyak di Amerika Serikat. Administratur Informasi Energi (EIA) AS mengatakan cadangan bensin Amerika meningkat 2,9 juta barrel dalam pekan yang berakhir 30 Mei. Angka kenaikan itu mengalahkan ekspektasi pasar yang memperkirakan naik hanya 825.000 barrel dan menunjuk kecenderungan melambatnya permintaan di negara konsumen energi terbesar dunia karena tingginya harga. Dalam beberapa hari terakhir, para analis telah memperkirakan penurunan tajam harga minyak, karena melemahnya permintaan di AS dan ekonomi global yang melakukan efisiensi eneri akan menghambat permintaan. "Permintaan sekarang sepenuhnya fokus terhadap para pelaku pasar. Pendukung permintaan, Asia, pada akhir rebah, karena ekonomi sedang berkembang dan kawasan itu mengurangi subsidi minyak," kata John Kilduff dari MF Global, sehari sebelum harga minyak kembali melonjak. "Penurunan akan mencapai puncaknya pekan depan, sejalan dengan berkembangnya penghalang pasokan."(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008