Singapura (ANTARA News) - Harga minyak dunia terus menguat di Asia, Jumat, dengan lonjakan lebih dari lima dolar AS karena dolar kembali melemah, kata kalangan analis. Kontrak berjangka utama minyak jenis ringan (light sweet crude) di New York untuk pengiriman Juli naik 31 sen menjadi 128,10 dolar AS per barel. Kontrak itu melonjak 5,49 dolar untuk ditutup pada 127,79 dolar selama di lantai perdagangan New York, Kamis. Sementara harga minyak Laut Utara Brent untuk pengiriman Juli lima sen lebih tinggi menjadi 127,59 dolar per barel setelah meroket 5,44 dolar untuk bertahan di 127,54 dolar di London, Kamis. Analis komoditas di Commonwealth Bank of Australia di Sidney, David Moore, mengatakan, dia terkejut kenaikan harga itu demikian besar dan kenaikan itu terkait dengan melemahnya dolar. Euro kembali menguat terhadap dolar, Kamis, setelah bank sentral Eropa mengingatkan suku bunga dapat naik paling cepat bulan depan untuk mencegah melonjaknya inflasi. Euro, Kamis, ditukar dengan 1,56 dolar, naik tajam dari 1,5440 dolar di New York pada Rabu malam. Melemahnya dolar AS membuat harga minyak lebih murah bagi pembeli yang memiliki mata uang lebih kuat. Moore mengatakan data pekerja AS yang dikeluarkan Jumat dapat memberikan dampak lanjutan terhadap dolar dan tentunya harga minyak. Dolar diperdagangkan lebih tinggi menjadi 1,5589 terhadap satu euro di perdagangan Asia Jumat, karena pelaku pasar menunggu laporan bulanan mengenai upah di AS, kata kalangan dealer. Harga minyak sebelumnya mengalami penurunan sejak menyentuh harga tertinggi di atas 135 dolar pada Mei, namun tetap pada level lebih tinggi, ditandai dengan meluasnya kekhawatiran internasional dan tekanan inflasi. Pergerakan harga dalam jangka pendek menjadi sulit untuk diprediksikan, tetapi kecenderungan dalam jangka panjang turun, kata Moore. "Kami masih berfikir bahwa harga minyak bergerak turun" karena permintaan menurun, kata Moore kepada AFP. Dia mengatakan tingginya harga minyak memiliki dampak terhadap perekonomian. "Permintaan kini sepenuhnya menjadi fokus pada pelaku pasar. Mendukung permintaan, Asia, akhirnya tertekuk, sehingga negara yang baru tumbuh di kawasan ini memangkas subsidi bahan bakar," kata John Kilduff dari MF Global. India, yang mengimpor 70 persen dari kebutuhan minyaknya untuk menopang perekonomiannya yang tumbuh pesat, Rabu, menaikkan harga bensin 11 persen dan diesel 9,4 persen berpatokan harga di pompa bensin di New Delhi. Malaysia menaikkan harga bensin 41 persen dalam rangka mengurangi subsidi yang besar, menyusul langkah serupa di Indonesia yang harga bahan bakarnya naik sekitar 30 persen. Tingginya harga bahan bakar juga menghantam industri penerbangan. Maskapai penerbangan AS, Continental Airlines, Kamis, mengatakan akan memangkas 3.000 pekerjaan dan menarik 67 pesawat berumur dalam rangka pengurangan besar-besaran karena naiknya harga minyak. Dua maskapai besar lainnya, American dan United Airlines melakukan langkah serupa. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008