Jakarta (ANTARA News) - Partai Golkar sedang mempertimbangkan perubahan haluan dan sikap politiknya terhadap pemerintah dan bersamaan dengan hal itu, seluruh anggota Fraksi Partai Golkar (FPG) diberi kebebasan untuk menyikapi berbagai persoalan bangsa. Demikian pernyataan Ketua FPG DPR Priyo Budi Santoso dalam konferensi pers di Press Room DPR/MPR Jakarta, Jumat berkaitan dengan sikap Golkar terhadap berbagai persoalan yang sedang berkembang. Golkar ikut bertanggungjawab atas kiprah pemerintah! Priyo menegaskan, saat ini di internal Golkar sedang berkembang pemikiran agar Golkar mempertimbangkan perubahan haluan dan sikap politik yang selama ini memberi dukungan penuh kepada pemerintah. Keharusan Golkar memberi dukungan kepada pemerintah telah diwujudkan secara nyata oleh anggota FPG di parlemen. Seluruh anggota FPG harus selalu mendukung semua kebijakan pemerintah. Namun haluan dan sikap politik Golkar itu menyebabkan Anggota FPG di parlemen terkungkung. "Kami telah memberi dukungan penuh kepada pemerintah dengan mengerahkan seluruh daya upaya. Namun Golkar tidak memperoleh apresiasi selayaknya," kata Priyo. Ingin pecah kongsi? Bersamaan dengan munculnya pertimbangan perubahan haluan dan sikap, kata Priyo, maka mulai saat ini, seluruh anggota FPG diberi kebebasan untuk mengembangkan sikapnya terkait penggunaan hak angket dan hak interpelasi yang sedang berlangsung. Anggota FPG juga diberi kebebasan menyikapi atau menyoroti berbagai persoalan. Selama ini, kebebasan seperti itu tidak dimiliki oleh anggota FPG DPR karena adanya keharusan mendukung seluruh kebijakan pemerintah. "Perubahan sikap di DPR itu mulai berlaku hari ini," kata Priyo. Priyo mengakui Golkar dengan kebijakan pemerintah menjadi pihak yang merugikan. Selain kasus Pilkada Maluku Utara, Golkar juga sangat kecewa dengan kasus pemilihan Gubernur Lampung. Dalam beberapa kasus pilkada, Golkar juga merasa dirugikan. Selain itu, dalam pemilihan duta besar pun Golkar dirugikan. "Kasus Maluku Utara ini hanya akumulasi dari seluruh kegetiran yang kami rasakan," katanya.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008