Kuala Lumpur (ANTARA News) - Kerajaan Malaysia akhirnya menaikan juga harga bahan bakar minyak (BBM), menyusul negara-negara tetangganya. Malaysia "menyerah", setelah harga minyak internasional sudah naik tak terbendung menembus hingga 135 dolar AS per barel. PM Malaysia Abdullah A Badawi mengumumkan kenaikan harga BBM, Rabu sore, di kantor perdana menteri Putrajaya setelah dilakukan rapat kabinet. Harga petrol (bensin) naik 78 sen atau naik 40,6 persen menjadi 2,7 ringgit (Rp7.800) per liter dan harga solar naik satu ringgit (Rp2.900) atau naik 63,1 persen menjadi 2,58 ringgit (Rp7.500) per liter. Dalam jumpa pers tentang kenaikan BBM hadir pula wakil PM Najib Tun Razak, Menteri Keuangan ke-2 Nor Mohamed Yakcop, Menteri Perdagangan dan Industri Muhyidin Mohd Yassin, Menteri Perdagangan Dalam Negeri dan Hal Ehwal Pengguna Shahrir Abdul Samad, dan Menteri Penerangan Shabery Cheek. Kenaikan itu mulai berlaku, Kamis 5 Juni 2008. Sebelumnya, Menteri Perdagangan Dalam Negeri dan Hal Ehwal Pengguna Shahrir Abdul Samad selalu mengatakan akan ada kenaikan harga BBM terkait dengan perubahan pola subsidi dan akan mulai berlaku Agustus 2008. Rencana kenaikan BBM sudah dibahas pada tahun lalu, tapi ditunda hingga awal tahun 2008. Awal tahun 2008, kenaikan harga BBM batal lagi karena menunggu Pemilu 8 Maret 2008. Kerajaan Malaysia takut kenaikan BBM pengaruhi hasil Pemilu. Apalagi pemimpin oposisi Anwar Ibrahim berani mengatakan, harga minyak akan diturunkan jika oposisi menang maka semakin takutlah menaikan BBM. Setelah Pemilu, gagal lagi menaikan harga BBM karena Barisan Nasional (BN) gagal mempertahankan suara mayoritas mutlak (2/3 kursi di parlemen), dan lima kerajaan negeri (propinsi) ditambah Kuala Lumpur, wilayah persekutuan, berhasil dikuasai oposisi, pertama dalam sejarah Malaysia. Hal ini membuat ragu-ragu pemerintahan Badawi untuk mengambil kebijakan yang tidak populis itu. Setelah pemerintah Indonesia mengumumkan kenaikan harga BBM barulah penguasa Malaysia mulai kembali membuka suara untuk menaikan harga BBM. Itu pun setelah negara-negara tetangganya sudah menaikan harga BBM. Media massa Malaysia pun setiap hari memberitakan dan memotret antrian mobil warga Thailand mengisi BBM di stasiun BBM di perbatasan Malaysia-Thailand. Sebelum dinaikan, harga BBM di Malaysia memang jauh lebih rendah dibandingkan negara tetangganya. Di Malaysia, harga bensin sebelum naik hanya 1,92 ringgit (Rp5.500) - dengan Ron 97- per liter dan solar 1,58 ringgit (Rp4.600) per liter sedangkan di Thailand, harga bensin 3,9 ringgit (Rp11.300) per liter dan solar 3,5 ringgit (Rp10.150) per liter. Di Singapura, bensin 5,2 ringgit (Rp15.000) per liter, solar 4,2 ringgit (12.200) per liter. Untuk pertama kalinya di Malaysia, kerajaan memutuskan harga BBM akan dilepas atau disesuaikan dengan harga pasar minyak dunia. "Harga minyak akan disesuaikan dengan harga minyak di pasaran dunia. Kalo harga naik maka akan kami naikan, jika harga minyak turun maka akan kami turunkan. Oleh karena itu, Malaysia akan menyesuaikan harga BBM setiap bulan sekali," kata Pak Lah, panggilan akrab Abdullah Badawi. Harga BBM baru yang mulai berlaku 5 Juni 2008 pun sudah disesuaikan dengan harga pasar tapi kerajaan tetap memberikan subsidi 30 sen ringgit per liter (Rp870). Jadi nanti harga BBM yang baru selalu diberikan subsidi 30 sen ringgit per liter, janji Pak Lah. Tapi sebagian besar oposisi dan pengamat berpendapat, bahwa penyesuain harga BBM setiap bulan merupakan strategi kerajaan untuk mengantisipasi kemarahan rakyat. Jika terjadi demonstrasi besar-besaran dan rakyat marah maka harga BBM bisa diturunkan lagi walau harga minyak dunia naik. Pemimpin oposisi Malaysia Anwar Ibrahim menolak kenaikan harga BBM. Dasarnya, perbandingan harga BBM Malaysia dengan Singapura dan Thailand adalah tidak wajar karena kedua negara merupakan importir minyak, sedangkan Malaysia merupakan negara eksportir. Bandingkan juga dengan harga minyak di negara eksportir minyak. Anwar berjanji akan menurunkan harga minyak jika berhasil merebut kerajaan Malaysia yang diperkirakan September 2008 ini. Pola Subsidi Seperti di Indonesia, kerajaan Malaysia menaikan harga BBM tapi juga memberikan subsidi. Kerajaan Malaysia memberikan subsidi kepada semua pemilik mobil dan motor, warga Malaysia dan bukan milik perusahaan. Subsidi diberikan dikaitkan dengan pembayaran pajak jalan (road tax), mungkin sama dengan BLT (bantuan tunai langsung). Bagi pemilik mobil dengan mesin hingga 2000cc, atau truk dan pick up dengan mesin hingga 2500cc, akan menerima uang tunai masing-masing 625 ringgit (Rp1,8 juta) per mobil per tahun. Bagi pemilik motor dengan mesin hingga 250cc akan menerima subsidi sebesar 150 ringgit per motor per tahun. Warga Malaysia yang memiliki mobil dan motor dan telah membayar pajak kendaraan maka akan menerima subsidi tunai kerajaan yang dapat diambil di kantor pos setelah menyelesaikan pembayaran pajak jalan. Sedangkan bagi pemilik mobil dengan mesin di atas 2000cc akan menerima pengurangan pajak kendaraan sebesar 200 ringgit dan pemilik motor di atas 250cc akan menerima pengurangan pajak kendaraan sebesar 50 ringgit. Di Malaysia, pajak jalan sangat murah, contohnya, pajak jalan untuk motor hanya 2 ringgit (Rp5.800) per tahun, tapi sebelum bayar, pemilik wajib menyelesaikan asuransi dengan beberapa alternatif mulai dari 70 ringgit (Rp200.000) hingga 150 ringgit (Rp440.000) per tahun. Begitu juga dengan mobil, pajak jalannya cuma 90 ringgit (Rp280.000) per tahun tapi - pemilik kendaraan wajib menyelesaikan asuransi yang bisa mencapai sekitar 1.000 ringgit (Rp3 juta), tergantung dari usia mobil dan mesinnya. Nelayan dan pemilik kapal ikan juga masih menerima harga solar khusus, walaupun seringkali nelayan Malaysia tertangkap menjual solarnya kepada warga negara asing, di tengah laut. Harga solar untuk nelayan dan pemilik kapal ikan naik menjadi 1,43 ringgit liter dari 1,2 ringgit per liter. Selain itu, kerajaan Malaysia juga memberikan 200 ringgit per bulan bagi pemilik kapal dan pekerja kapal ikan yang terdaftar di Dinas Perikanan. Mereka juga mendapatkan insentif 10 sen ringgit dari setiap kilogram ikan yang ditangkap dan tercatat resmi dalam pendaftaran pelabuhan ikan negara. Sebelum naiknya harga BBM, Malaysia pun tetap memberikan subsidi BBM kepada angkutan untuk kepentingan umum, misalkan, untuk kendaraan angkutan sampah. Supirnya diberikan "smart card" tertulis nama, nomor mobil dan nomor kartu yang bisa membeli minyak lebih murah dari harga resmi tapi di stasiun BBM yang sudah ditetapkan - dekat tempat tinggal - pemilik kartu tapi volume pembelian minyak pun dibatasi berdasarkan keperluan. (*)

Oleh Oleh Adi Lazuardi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008