Lahore, Pakistan (ANTARA News) - Seorang pemimpin senior koalisi yang berkuasa di Pakistan dan penentang Pervez Musharraf mendesak pengunduran diri segera presiden Pakistan dukungan AS tersebut, Minggu, lapor AFP. Shahbaz Sharif, adik mantan Perdana Menteri Nawaz Sharif, mengulangi tuntutannya agar Musharraf mengundurkan diri setelah ia terpilih menjadi menteri besar untuk yang kedua kalinya bagi Punjab, provinsi yang berpenduduk paling padat di Pakistan. Musharraf enyah! Sharif bersaudara digulingkan dari kekuasaan oleh Musharraf dalam kudeta tidak berdarah pada 1999 dan dikirim ke pengasingan di Arab Saudi. "Kasihanilah rakyat Pakistan dan segera pulang setelah mengajukan pengunduran diri anda," kata Shahbaz dalam seruannya kepada Musharraf di depan parlemen Punjab setelah pemilihannya. "Rakyat Pakistan telah memberi mandat yang menentang Musharraf dan kediktatorannya pada 18 Februari," katanya, menunjuk pada pemilihan umum dimana partainya, bersama partai mantan Perdana Menteri Benazir Bhutto yang tewas dibunuh, mengalahkan partai-partai sekutu Musharraf. "Kediktatoran Musharraf sedang menghembuskan napas terakhirnya," katanya, sementara sejumlah anggota parlemen meneriakkan "Musharraf enyah!" Koalisi yang berkuasa meningkatkan tekanan terhadap Musharraf agar mengundurkan diri. Mereka kini mempertimbangkan sebuah paket amandemen konstitusi untuk membatasi kekuasaannya. Ganggu ekonomi dan investasi asing Musharraf hari Sabtu menolak spekulasi yang berkembang bahwa ia akan mengundurkan diri dan membantah klaim ia bersekongkol untuk menentang pemerintah koalisi. "Saya tidak akan mengundurkan diri dalam keadaan seperti sekarang," kata Musharraf kepada stasiun-stasiun televisi setempat. "Saya akan hidup dan mati di sini, tidak ada cara lain. Saya tidak memiliki rumah di luar Pakistan," tambah presiden Pakistan tersebut. Musharraf mengatakan, desas-desus itu mengganggu ekonomi negara dan mengancam investasi asing.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008