Kuala Lumpur (ANTARA News) - Energi alternatif, seperti energi angin, biofuel, nuklir dan penghapusan subsidi menjadi topik pembicaraan di antara 1.300 delegasi dari 40 negara dunia pada "13th Asia Oil and Gas Conference 2008" di Kuala Lumpur, 8-10 Juni 2008. PM Malaysia Abdullah Badawi dalam pembukaannya mengatakan, Malaysia sudah memutuskan untuk melepas harga minyak dan solar sesuai dengan harga pasar dunia, tapi tetap memberikan subsidi sebesar 30 sen ringgit (Rp870) per liter kepada rakyat. Malaysia akan menyesuaikan harga minyak dengan harga dunia setiap bulan. Bertahun-tahun, Malaysia dan negara lainnya memberikan subsidi ketika harga minyak hanya berkisar 30 dolar AS per barrel selama 20 tahun belakangan ini, tapi akhir-akhir ini harga minyak sudah mencapai 130 dolar AS per barrel. "Dan prediksi pasar minyak akan ada kemungkinan harga minyak mencapai 200 dolar AS per barel," katanya. Oleh sebab itu, kerajaan Malaysia tidak bisa lagi memberikan subsidi yang besar karena subsidi minyak akan menghabiskan dana untuk pembangunan dan investasi bagi keperluan rakyat. Subsidi memang dinikmati oleh semua orang dari berbagai level, tapi tidaklah adil jika yang kaya juga menikmati subsidi. Penghapusan subsidi didukung penuh oleh DR Tony Hayward, CEO British Petroleum Plc. "Saya setuju dengan PM Malaysia bahwa pendekatan subsidi sudah kurang tepat saat ini. Harga minyak yang disesuaikan dengan pasar memang akan tinggi tapi hal itu juga akan mendorong munculnya energi alternatif," katanya. Energi alternatif dan penghapusan subsidi memang menjadi bahan pembicaraan hangat di kalangan praktisi minyak yang saat ini sedang berkumpul di Kuala Lumpur pada 13th AOGC 2008. Semua peserta yang hadir tampaknya sepakat perlunya mendorong energi alternatif seperti biofuel, energi angin, dan nuklir sebagai pengganti energi minyak bumi yang semakin mahal. Selain itu, pemanfaatan energi minyak bumi telah menimbulkan dampak sosial lingkungan dengan munculnya pemanasan. "Bencana angin kencang Hurricane, banjir besar, temperatur bumi yang makin panas merupakan dampak yang perlu segera diatasi demi menyelamatkan kehidupan di bumi," katanya. Dalam kesempatan itu, Pak Lah, panggilan akrab Abdullah Badawi menyentil perilaku negara super power Amerika yang seenaknya menyerang serta menduduki Irak, dan membuat panas di kawasan Timur Tengah. Akibatnya, hal itu menjadi salah satu pemicu naik dan tingginya harga minyak dunia. "Energy security juga menjadi penting demi menjaga stabilitas harga energi dunia. Oleh sebab itu, tindakan mencegah negara lain dengan sewenang-wenang perlu dihindari demi menjaga harga energi stabil," tambah dia. CEO BP Plc Dr Tony Hayward mengemukakan, penemuan teknologi baru untuk menciptakan energi alternatif harus segera dilakukan karena permintaan energi menurut the International Energy Agency, diperkirakan mencapai 40 persen hingga tahun 2030. "Pertumbuhan ekonomi menjadi pendorong keperluan energi dengan satu miliar penduduk diperkirakan memiliki pendapatan 5.000 dolar AS per tahun pada dekade mendatang," katanya.*&(

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008