Bengkulu (ANTARA News) - Gubernur DI Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X di Bengkulu, Rabu malam menegaskan, hingga saat ini dirinya belum menjadi kandidat baik untuk calon presiden (Capres) maupun calon wakil presiden (Cawapres). "Sampai sekarang saya belum kandidat, dan saya tidak akan mendeklarisikan diri sebagai kandidat Capres maupun Cawapres," katanya, usai dialog kebangsaan dengan tema "Menatap Masa Depan Indonesia". Ia juga menjelaskan, jika ada partai yang mengingikannya menjadi Capres/Cawapres maka partai tersebut yang datang dan memintanya. Sultan tidak akan berinisiatif untuk mengajukan diri. Sultan juga mengaku, sebelum menerima atau menolak, jika ada tawaran dari partai, akan dilihat dulu siapa (partai apa-red) dan untuk sebagai apa. Ia tidak membantah adanya sinyalamen dari masyarakat termasuk rakyat Yogyakarta yang mendukungnya maju dalam pemilihan presiden dan wakil presiden, namun kembali ditegasnya hingga saat ini belum sebagai kandidat. Mengenai isu Sultan akan berpasangan dengan Megawati Soekarnoputeri, ia mengaku tidak tahu adanya informasi tersebut. "Saya ini bukan kandidat, jadi dipasangkan dengan siapa pun boleh saja. Tapi memang kalau mau maju dalam pemilihan presiden/wakil presiden harus lewat partai politik karena belum bisa independen," katanya. Sikap untuk tidak mendeklarasikan diri, karena jabatan bukan untuk diperbutkan, tapi harus dijalan katika diberikan karena itu merupakan amanah dari rakyat. "Sejak kecil saya mendapat bimbingan dari orang tua (Sri Sultan Hamengku Buwono IX) agar jangan memperbutkan jabatan, tapi ketika diberi kepercayaan untuk memangku jabatan harus dijalankan dengan benar," katanya. Atas dasar itu, ia kembalai menegaskan, belum mendeklariskan diri dan tidak akan pernah mendeklarasikan diri sebagai kandidat Capres ataupun Cawapres. Hamangku Buwono X juga menjelaskan, kedudukannya sebagai Gubernur Yogyakarta hanya akan dijalankan menyambut akhir hayat, sementara posisinya sebagai Sultan Yogyakarta dibawa sampai mati. Atas dasar itulah, dalam menjalankan amanah sebagai gubernur lebih mengendepankan kepentingan masyarakat, dan tidak akan melakukan penyimpangan termasuk korupsi meski gaji yang diterimanya hanya Rp1,8 juta/bulan. sikap tersebut, kata dia, siiring dengan tugas yang harus diembannya sebagai sultan yakni mengantarkan rakyat Yogyakarta menunju ketakwaan. (*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008