Tangerang (ANTARA News) - Lingkungan sekitar proyek Perusahaan Lisrik Tenaga Uap (PLTU) III Banten yang berada di Desa Kemiri dan Desa Klebet, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang, rusak parah karena tanah penduduk dikeruk menggunakan alat berat, sehingga sebagian lahan menjadi gundul yang sengaja dikeruk dari kampung seputar lokasi. "Dalam laporan petugas memang di lokasi proyek PLTU III Banten lingkungannya menjadi rusak karena alat berat bekerja mengeruk tanah untuk menimbun lahan tambak," kata Bupati Tangerang, H. Ismet Iskandar, kepada ANTARA News, Kamis. Dia mengatakan, telah berupaya untuk menghentikan kegiatan karena memang merusak lingkungan, jalan desa menjadi hancur termasuk pemukiman penduduk dipenuhi debu dan becek jika hujan datang. Namun, Ismet merasakan suatu kendala karena bila pekerjaan proyek dihentikan, tentu akan berdampak lain, karena merupakan proyek pusat yang dibiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta pinjaman luar negeri untuk penyediakan listrik Pulau Jawa dan Bali yang saat ini mengalami krisis. Proyek PLTU itu dengan kapasitas 3 X 315 MW dengan konsultan engineering PT Rekadana Elektrika dan konstruksi supervison PT PLN Jasa Konstruksi yang merupakan patungan PT Soiltech Indonesia dengan Shanghai Harbour Soft Soil Tretment Enginering, Co. LTD. Menurut dia, jika proyek itu dihentikan terutama menyangkut pengangkutan tanah merah dari Desa Klebet ke Kemiri yang jaraknya sekitar 2,2 km tentu tidak mendukung program pemerintah menyangkut penyediaan listrik. Walau begitu, Ismet menerima beberapa keluhan dari warga terkait lingkungan mereka yang rusak termasuk sawah penduduk yang diambil tanahnya untuk penimbun rawa-rawa sebagai pondasi proyek PLTU tersebut. Proyek PLTU itu berada pada lahan persawahan dan tambak udang dengan luas sekitar 125 hektar, tapi untuk menguruk areal itu pelaksana melakukan dengan tanah yang tidak berkualitas karena mutu yang rendah. Sebagai contoh, lahan tambak itu ditimbun dengan tanah sawah yang telah kering kemudian digali di seputar proyek lalu diangkut truk bertonase besar, maka dikhawatirkan tingkat kepadatan tidak maksimal. Keluhan juga dirasakan warga setempat karena debu beterbangan memasuki rumah dan halaman menjadi kotor setelah kendaraan berat melintas. Bahkan, keluhan lain yakni alat berat bekerja hingga larut malam sehingga menimbulkan bising, karena proyek nasional bidang kelistrikan itu sengaja dipercepat hingga awal Tahun 2009 mendatang dapat diresmikan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008