Jakarta (ANTARA News) - Landasan helikopter (helipad) permanen yang dibangun di wilayah Malaysia sekitar tujuh kilometer dari perbatasan Indonesia dan Malaysia di Desa Tanjung Lokang, Kecamatan Kedamin, Kalimantan Barat, dipergunakan untuk memfasilitasi "join survey" (survei bersama) yang dilakukan oleh kedua negara. Dalam siaran pers Kedutaan Besar (Kedubes) Malaysia untuk Indonesia yang diterima ANTARA, di Jakarta, Kamis malam (12/6), menyebutkan bahwa lokasi helipad berada berdekatan dengan patok bernomor U0921 di dalam daerah Kapit, Sarawak, di titik koordinat 0127.05N dan 11358.31E, menggunakan peta Ulu Lengai bernomor PY407599. Helipad tersebut digunakan untuk memfasilitasi "join survey" kedua negara untuk penandaan kembali kawasan perbatasan dan memperbaiki patok-patok perbatasan yang telah rusak atau tergeser di sekitar kawasan tersebut pada bulan April 2007. Menurut Kedubes Malaysia, pihak-pihak yang terlibat dalam "join survey" tersebut adalah Jabatan Ukur dan Pemetaan Malaysia (Jupem), Topografi Kodam VI/Tanjungpura Tentara Nasional Indonesia - Angkatan Darat (TNI-AD), Direktorat Pemetaan dan Topografi Indonesia, dan Bakosurtanal. Pembangunan helipad itu sendiri telah disepakati melalui rapat awal oleh pihak Indonesia dan Malaysia, dimana disetujui dibangun oleh TNI-AD dan Direktorat Pemetaan dan Topografi Indonesia sekitar bulan April 2007. Helipad tersebut digunakan oleh helikopter dari kedua negara untuk pelaksanaan "join survey". Dalam rapat awal "join survey" telah disetujui bahwa "bumper zone" (zona penyangga) ditetapkan sejauh 300 meter dari garis perbatasan kedua negara. Hal tersebut bertujuan untuk memfasilitasi petugas kedua negara untuk mendirikan kemah, helipad, "water point", dan keperluan lain selama pelaksanaan "join survey". Kedubes Malaysia menyatakan pembangunan helipad tersebut bertujuan untuk kepentingan kedua negara dan sebenarnya diketahui oleh masing-masing pemerintahan. Pembangunan helipad tersebut tidak melanggar perjanjian yang dibuat oleh kedua negara, karena itu Kedubes Malaysia meminta tidak ada spekulasi yang meruncingkan permasalahan ini lagi.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008