Yogyakarta (ANTARA News) - Pascakenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) mulai terpuruk karena meningkatnya biaya produksi. Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Kota Yogyakarta Aman Yuriadijaya, Jumat mengatakan pascakenaikan harga BBM menyebabkan 18.400 UMKM di Kota Yogyakarta mulai terpuruk terutama UMKM yang memiliki pangsa pasar lokal dan yang menggunakan bahan baku perak dan kulit. "Saat ini sejumlah UMKM mulai kesulitan untuk berproduksi karena biaya yang membengkak. Pantauan kami, UMKM yang mulai kesulitan dalam berproduksi adalah kerajinan kulit dan kerajinan perak," katanya. Menurut dia, bahan baku untuk kerajinan kulit dan kerajinan perak saat ini harganya naik, disamping naiknya biaya pengiriman. "Pascakenaikan harga BBM, biaya produksi naik, karena harga bahan baku naik sekitar 25 persen dari harga semula," katanya. Selain itu, biaya kirim bahan baku dan hasil produksi juga naik masing-masing 10 persen. Ia mengatakan harga bahan baku perak yang semula Rp5 juta per kilogram naik menjadi Rp5,5 juta, sedangkan harga bahan baku kulit semula Rp11.000 per fit naik menjadi Rp15.000 per fit. "Saat ini ada 87 UMKM industri kerajinan kulit di Kota Yogyakarta mulai terpuruk," katanya. Kata dia, kenaikan harga BBM yang diikuti naiknya harga bahan baku kini diperparah dengan permintaan para `buyer` yang menginginkan harga tidak dinaikkan. "Ini sangat sulit bagi perajin, karena jika perajin menaikkan harga, para `buyer` akan membatalkan pesanannya, dan tentu ini semakin menambah keterpurukan perajin," katanya. Ia mengatakan Disperindagkop terus melakukan pemantuan terhadap perkembangan UMKM, dan memberikan pendampingan agar mereka dapat bertahan.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008