Karawang, (ANTARA News) - Seni Tanjidor yang merupakan salah satu kesenian khas Kabupaten Karawang, Jawa Barat, terancam punah, karena generasi muda kurang meminati kesenian tradisional itu, terlebih usia para pegiatnya terbilang tua. Yang paling parah, perhaian pemerintah daerah setempat terhadap seni Tanjidor tergolong pas-pasan, kata Pimpinan Grup Seni Tanjidor Karawang, Aditya (42), di Karawang, Sabtu. Ia mengatakan, hingga kini para pemain seni Tanjidor Karawang hampir seluruhnya berusia tua, yakni antara 43 - 65 tahun. "Semua pemainnya orang-orang tua, karena generasi muda sekarang kurang tertarik terhadap seni Tanjidor," katanya. Dikatakannya, seni Tanjidor sudah ada di Karawang sejak tahun 1945 dan mengalami kejayaan atau populer pada tahun 1970-an. Kemudian, satu per satu grup seni Tanjidor di Karawang menghilang. Hingga kini, grup seni Tanjidor itu hanya satu grup, yakni di Rengasdengklok. "Sejak kepopulerannya hingga kini, seni Tanjidor sulit berkembang dan saat ini hampir punah, karena semakin maraknya seni-seni modern," katanya. Menurut dia, generasi muda saat ini lebih memilih untuk berkecimpung di seni-seni modern dari pada mengembangkan kesenian tradisonal seperti Tanjidor, padahal seni Tanjidor bisa dikatakan sebagai kesenian "semi drumband" yang merupakan salah satu seni modern yang kini banyak digemari kalangan remaja. Seni Tanjidor itu sendiri merupakan kolaborasi antara seni Tanji dengan Bajidor. Tanji ialah salah satu jenis kesenian yang menggunakan alat tiup dan alat pukul seperti terompet, trombon, piston tenor, bas, suling, tambur, dan tam-tam. Dengan hampir punahnya seni Tanjidor tersebut, Aditya yang lebih populer dipanggil "Adit Ebreg" itu berharap Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karawang memerhatikan kondisi seni Tanjidor. Hal itu bisa dilakukan dengan menyosialisasikan kepada masyarakat luas, termasuk kepada kalangan generasi muda di Karawang. "Saya berharap, seni Tanjidor bisa populer lagi seperti masa kejayaannya pada tahun 1970-an lalu," katanya. (*)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008